SuaraBanyuurip.com -Â
“Saya ingin mandiri. Punya bengkel sendiri, dan bisa membuka lapangan kerja bagi pemuda di desa saya.”Â
Harapan itu disampaikan Dedy Avian, warga Desa Kaliombo, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, saat mengikuti pelatihan kewirausahaan, Senin (19/11/2018). Pelatihan ini dilaksanakan Pertamina Eksplorasi dan Produksi Cepu (PEPC) bekerja sama UPT Balai Latihan Kerja Provinsi Jawa Timur Wilayah Bojonegoro dan Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Disperinaker) Bojonegoro.
Selama ini, Dedy-sapaan akrab Dedy Avian-belum memiliki pengalaman tentang mesin. Sekolahnya dulu bukan di kejuruan permesinan, melainakn di SMA Negeri Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro. Â
Namun, dunia otomotif telah menjadi hobinya sejak lulus SMA empat tahun silam. Dedy mulai belajar mengotak-atik mesin secara otodidak. Ia bongkar pasang sendiri onderdil motornya.Â
“Saya pakai ilmu otak-atik mathuk,” ujarnya sambil tersenyum.Â
Sudah lama pemuda 22 tahun itu memendam hasratnya untuk belajar mesin. Mengembangkan hobinya selama ini.Â
Oleh karena itu, ketika pemerintah desa menyampaikan rencana adanya program pelatihan kewirusahaan dari Pertamina EP Cepu, Dedy langsung mendaftar.
“Ini seperti mimpi. Sekarang saya bisa belajar mesin di sini,” ucapnya.
Impian Dedy bukan hanya bisa belajar mesin, tapi suatu saat dapat membuka bengkel sendiri. Sebab hingga saat ini di desanya masih jarang sekali ada bengkel. Sedangkan jumlah pemilik kendaraan setiap tahunnya terus bertambah.Â
“Ini peluang bagus untuk ditangkap,” tegsnya.
“Karena itu kedepan saya harapkan bukan hanya pelatihan yang diberikan, tapi ada bantuan peralatan agar kita bisa membuka bengkel sendiri,” harapnya.
Dedy bukan satu-satunya pemuda yang mengikuti program pelatihan kewirausahaan yang dilaksanakan Pertamina EP Cepu. Ada 56 peserta dari sejumlah kecamatan wilayah proyek Unitisasi Gas Jambaran – Tiung Biru yang mengikuti pelatihan ini.
Yakni dari Kecamatan Ngasem, Kalitidu, Gayam, Tambakrejo, dan Purwosari. Lima puluhan peserta itu mengikuti tiga jenis program pelatihan dan sertifikasi yaitu tata boga, menjahit dan mekanik.
Mereka mendapat pelatihan selama 20 hari. Untuk jenis pelatihan menjahit dan tata boga akan diberikan sertifikasi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), jika mereka lulus uji kompetensi.Â
Ada tiga kriteria penilaian dalam uji kompetensi yang akan dilaksanakan di akhir program pelatihan. Yakni sikap, kemampuan dan pratek.
“Untuk bisa mengikuti uji kompetensi syaratnya peserta harus memperoleh sertifikat pelatihan dulu,” kata Kepala UPTÂ Balai Latihan Kerja Provinsi Jawa Timur Wilayah Bojonegoro, Agus Gunawan dikonfirmasi terpisah usai pembukaan program pelatihan.
Program pelatihan kewirausahaan ini mendapat apresiasi Kepala Disperinaker Bojonegoro, Agus Suprianto. Menurutnya, pelatihan yang diberikan dapat meningkatkan kompetensi warga Bojonegoro, khususnya sekitar Lapangan Gas Jambaran – Tiung Biru.
Agus, sapaan akrabnya berharap peserta pelatihan nantinya tidak hanya menjadi pekerja. Namun bisa merintis usaha baru dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi lingkungannya.
“Dengan begitu warga bisa mandiri, dan tidak hanya menggantungkan pekerjaan di proyek Gas Jambaran – Tiung Biru,” tegasnya.
Dari data yang dia miliki, jumlah pengangguran di Bojonegoro terus meningkat setiap tahunnya. Sejak dirinya menjabat Kepala Disperinaker pada 31 Desember 2016 lalu, angka pengangguran sejumlah 22 ribu, dan sekarang naik di atas 23 ribu.
Masih tingginya angka pengangguran ini, lanjut Agus, dikarenakan beberpa hal. Antara lain kesempatan kerja dan pencari kerja tidak sebanding. Artinya, lebih besar jumlah pencari kerja daripada kesempatan kerja. Juga pascakonstruksi proyek minyak Banyuurip, Blok Cepu, yang sempat menyerap enam ribuan tenaga kerja dari warga lokal Bojonegoro.
“Tiap tahun jumlah lulusan tingkat SMA di sini 16 ribu lebih,” ujarnya.Â
Untuk mengurangi pengangguran ini diperlukan penciptaan lapangan kerja melalui penumbuhan wirausaha baru di berbagai sektor. Pemkab Bojonegoro akan memfasilitasi perizinan maupun pemasarannya agar usaha tersebut berkembang dan bisa bersaing di pasaran.
“Seperti produk olahan makanan sekarang ini harus ada sertifikasi halal dan PIRT dari Dinas Kesehatan. Itu semua akan kita fasilitasi,” tandas mantan Kepala Bagian Hukum Pemkab Bojonegoro itu.
Rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat, timpal Adi Kamal, Kepala UPT Bidang Pelatihan Kerja dan Produktifitas Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Nakertrans) Provinsi Jatim, menjadi salah satu pemicu masih tingginya jumlah pengangguran di suatu daerah. Mereka hanya menjadi penonton di daerahnya sendiri ketika sebuah industri sedang berlangsung karena keterbatasan SDM.
“Kemampuan dan kompetensi ini penting agar merekq bisa bersaing di bursa kerja,” tandasnya.
Sejak 2015 hingga saat ini, operator Unitisasi Lapangan Gas Jambaran-Tiung Biru, Pertamina EP Cepu sudah melakukan program pelatihan sertifikasi baik migas dan non migas kepada 465 warga Bojonegoro maupun di sikitar operasinya. Rinciannya, 290 sertifikasi di bidang migas, dan 175 non migas.
Pelatihan dan sertifikasi diharapkan dapat meningkatkan SDM warga lokal di bidang teknis maupun non teknis. Agar mereka memiliki daya saing dalam bursa kerja dan dapat menciptakan lapangan kerja sendiri. Sehingga memberikan dampak positif bagi dirinya sendiri, keluarga, lingkungan di tingkat desa, kecamatan hingga kabupaten.Â
“Ini sebagai bentuk kepedulian perusahaan dalam mengembangkan dan meningkatkan SDM masyarakat Bojonegoro agar lebih maju,” tegas Jambaran-Tiung Biru Site Office & Public and Government Affair Manager, Kunadi.
“Pelatihan yang diberikan ini bukan jaminan perusahaan untuk menampung para peserta di proyek Jambaran Tiung-Biru. Perushaaan hanya membekali kemampuan agar dapat bersaing baik di tingkat lokal, nasional hingga internasional,” lanjut pria asli Pati, Jawa Tengah yang saat ini tinggal di Cirebon itu.
Program pelatihan yang dilaksanakan Pertamina EP Cepu ini mendapat dukungan SKK Migas. Otoritas migas tanah air ini berharap para peserta nantinya bukan sekadar menjadi pekerja, melainkan owner. Sehingga dapat menangkap peluang usaha dari adanya industri migas di daerahnya.Â
SKK Migas juga menyarankan kepada semua kontraktor kontrak kerja sama atau K3S untuk memanfaatkan jasa maupun produk dari masyarakat lokal di sekitar operasinya yang selama ini menjadi binaannya.
“Misalnya konsumsi rapat Pertamina EP Cepu, makanannya bisa memakai jasa katering lokal. Atau seragam pegawai dapat memanfaatkan penjahit lokal. Tentunya yang kualitas produknya bagus. Ini salah satu bentuk memberdayakan warga lokal,” pesan pegawai SKK Migas Perwakilan Jabanusa, Yustian Hakiki.(d suko nugroho)
Â
Â