6 Warga Blora Jadi Korban Tsunami Banten

6 Warga Blora Jadi Korban Tsunami Selat Sunda

SuaraBanyuurip.com - Ahmad Sampurno 

Blora – Tsunami yang terjadi di wilayah Provinsi Banten beberapa waktu lalu, masih membawa duka khusunya keluarga korban di wilayah Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Sebagian korban tragedi di penghujung tahun tersebut merupakan keluarga besar dari Kecamatan Sambong, Kabupaten Blora.

Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban (Trantib) Kecamatan Sambong, Listyono Winarno membenarkan jika sebagian korban tsunami Banten adalah warga dari Kecamatan Sambong.

“Kami mendapatkan kabar duka itu sesaat setelah terjadi bencana,” kata dia kepada suarabanyuurip.com, Rabu (26/12/2018).

Diungkapkan jika pemilik PT Rindang Buana yang melakukan Gathering PLN di Pantai Carita Anyer itu adalah teman adik kandungnya. Namun Listyono mengaku belum mengetahui pasti berapa warga Sambong yang berangkat ke acara tersebut.

Hari ini, Rabu (26/12), salah satu korban bernama Yulistiana (31), dimakamkan di tempat lahirnya di Desa Pojokwatu, Kecamatan Sambong.

Sementara, siang tadi suasana duka menyelimuti rumah Srikah, warga RT 2/3 Dukuh Watubrem, Desa Pojokwatu, Kecamatan Sambong. Rumah yang terbuat dari kayu itu merupakan tempat tinggal Yulistiana (31), dan Reza Amelia(15), anak dan cucu Srikah yang meninggal dunia akibat tsunami pada Sabtu (22/12/2018) lalu. 

Jenasah Yulistiana tiba di rumah duka dikawal oleh Tarmidi, sepupu korban sekira pukul  pukul 07.45 WIB, menggunakan mobil ambulance. Tangispun pecah saat jenazah diturunkan dari mobil ambulance. 

Usai disholatkan, jenazah Yulistiana, langsung dimakamkan dipemakaman umum desa setampat. Pemakaman tanpa dihadiri suami dan anak kedua korban karena masih berada di Tangerang.

Tarmidi, sepupu korban mengaku bersyukur dirinya tidak jadi berangkat mengikuti undangan kerabatnya di Pantai Anyer, karena anaknya pulang dari Solo. 

Sedangkan Yulistiana, Reza Amelia (anak pertama), Gino (suami Yulistiana) dan Kevin (anak kedua) beserta Srikah diajak famili gathering oleh Sutiyar saudara korban yang juga pemilik PT Rindang Buana di Pantai Carita Anyer.

Mereka berangkatnya naik kereta api Gumarang dari Stasiun Besar Cepu pada Kamis (20/12/2018) pukul 18:00 wib.

“Saya yang mengantar keberangkatan mereka ke stasiun,” ujar Tarmidi saat ditemui wartawan. 

Rombongan sampai di Tangerang Jumat (21/12/2018). Keesokan harinya mereka berangkat ke Pantai Carita beserta puluhan keluarga yang lain dan ratusan karyawan PT Rindang Buana.

Bahkan, lanjut Tarmidi, pada Sabtu (22/12/2108), sekira pukul 19:00 WIB, Yulistiana sempat video call dengan istrinya. Saat telepon,Yulistiana sudah berada di Vila Carita Qotis.

“Dia hendak menyanyi,” ucap pria yang menjabat Kepala Seksi Pemerintahan Kelurahan Ngelo itu.

Sekira pukul 22.00 WIB, Tarmidi mendapat kabar jika di Selat Sunda ada tsunami. Bercampur bingung dan panik, kemudian dia membangunan istrinya.

“Kami mendata semua keluarga besar yang ikut ke Pantai Carita, lalu kami serahkan ke BPBD,” ujarnya. 

Pada hari Minggu (23/12), berdasarkan informasi dari BPBD Blora, jenasah Yulistiana ditemukan dalam keadaan meninggal dunia.

“Begitu mendapat informasi Yulistiana ditemukan, saya berangkat ke Jakarta. Pihak keluarga mengenali jenasah korban dari cincin dan anting yang dipakai Yulistiana,” ujarnya.

Setelah jenazah Yulistiana ditemukan menyusul kemudian jenasah Reza Amelia anak pertama Yulistiana ditemukan. Kebetulan anting-anting Reza Amelia sama dengan anting-anting yang dikenakan Yulistiana.

“Keluarga mengenali dari anting-antingnya. Kebetulan sama dengan ibunya,” ujar Tarmidi dengan nada sedih.

Jenazah Reza masih di Tangerang. Sedangkan Gino, suami Yulistiana selamat dan hanya mengalami luka. Tapi anak pertama Yulistiana bernama Kevin yang duduk di kelas 2 SD Pojokwatu mengalami luka dibagian kepala dan kaki.

“Kepala Kevin luka dan harus dijahit 6 jahitan. Kakinya juga dijahit,” ujarnya.

Selain Yulistiana dan anak pertamanya Reza Amelia meninggal dunia, 4 keluarga besar Srikah juga meninggal dunia yakni Santi (37) istri Sutiyar, Wagiyem (50). Semuanya dimakamkan di Tangerang. Sedangkan Turah (47) dan Oka (18),  dimakamkan di Cilegon.

Dari 32 keluarga besar Srikah yang ikut famili gathering di Pantai Carita Anyer, korban meninggal dunia akibat tsunami di Selat Sunda sebanyak 6 orang, dan 11 orang ditemukan dalam keadaan luka. Sedangkan yang lainnya selamat.(ams)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *