SuaraBanyuurip.com – d suko nugroho
Bojonegoro – Pancaroba-peralihan musim kemarau ke hujan- di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, telah datang. Sejumlah wilayah di Bumi Angling Dharma-sebutan lain Bojonegoro- merata mulai guyur hujan, Sabtu (26/10/2019), sekira pukul 16.00 WIB.
Hujan pertama setelah kemarau panjang berlangsung deras diseratai angin kencang. Ada beberapa rumah warga Desa Jatigede, Kecamatan Sumberjo, dan Dusun Bitingan, Desa Sidodadi, dan Dusun Sumurpandan Desa Sumberjokidul, keduanya ikut Kecamatan Sukosewu, rusak berat diterjang angin kencang.Â
Camat Sukosewu M Yasir manjelaskan, ada tiga rumah di wilayahnya yang rusak akibat diterjang angin kencang sore tadi. Rumah tersebut milik Sugianto (37), warga RT. 02 RW. 05 Dusun Sumurpandan, Desa Sumberjokidul. Akibat kejadian tersebut korban ditaksir menderita kerugian Rp2 juta.Â
Kemudian rumah Jamiah (65), warga RT. 02 RW. 05 Dusun Sumurpandan. Kerugian ditaksir mencapai Rp2 juta. Serta rumah Sukarno (55), RT. 05 RW. 10  Dusun Bitingan, Desa Sidodadi. Kerugian ditaksir mencapai Rp30 juta.Â
“Tidak ada korban jiwa. Yang rusak parah milik Bapak Sukarno. Rumahnya roboh,” ujarnya, Sabtu (26/10/2019) sore tadi.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro, Umar Ghoni, mengatakan, berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Kematologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda Suarabaya, Jawa Timur, awal musim hujan secara umum terjadi pada November 2019. Namun pancaroba terjadi Oktober hingga November ini.Â
Dijelaskan, pancaroba biasanya terjadi potensi cuaca extrim seperti hujan es, hujan lebat sscara tiba-tiba, angin kencang sesaat yang berasal dari awan comulonimbus, baik itu puting beliung maupun downbrust, serta adanya peningkatan intensitas sambaran petir.Â
“Hujan yang terjadi pada musim pancaroba terjadi bersifat sporadis atau tidak merata dan terjadi secara tiba-tiba dengan intensitas lebat,” tuturnya.
Menurut dia, tidak semua angin kencang yang merusak adalah angin puting beliung. Dalam istilah meteorologi, kata Umar Ghoni, angin kencang atau hempasan udara dingin dari awan comulonimbus disebut downbrust.Â
“Downbrust ini sama bahayanya dengan puting beliung. Jadi harus tetap diwaspadai,” pungkasnya.(suko)Â