SuaraBanyuurip.com – Joko Kuncoro
Bojonegoro – Pandemi covid-19 tak menyurutkan Mukidi berkreativitas. Warga gang Sawahan, Kelurahan Sumbang, Kecamatan/Kabupaten Bojonegoro ini mengembangkan usaha tanaman bonsai di rumahnya. Berkat ketekunan dan keuletannya, bonsai karyanya terjual hingga luar pulau.
Mukidi menceritakan, ia memulai mengembangkan bonsai semenjak 2005 lalu. Namun, meski bonsai termasuk tanaman hias tahunan. Bonsai milik Mukidi ini peminatnya hingga Pulau Bali.
Mukidi sudah menyukai tanaman bonsai semenjak duduk di bangku sekolah. Waktu itu, ia belajar menggunakan buku yang berada di sekolah dan terbilang otodidak. Awalnya, ia penasaran dengan tanaman yang bisa dibentuk dan dikecilkan.
“Dan saya mencoba memberanikan diri membuat bonsai. Kebetulan, dulu rumah saya berdekatan dengan hutan. Sehingga untuk mencari dongkelan atau bahan bonsai mudah,” ungkapnya, Senin (8/3/2021).
Menurut dia, semua tanaman bisa dibonsai, akan tetapi tanaman ini harus memiliki tiga kategori. Yakni, berbatang keras, berdaun kecil, dan usia mencapai tahunan.
Sedangkan dalam melakukan pengembangan bonsai harus memiliki ilmu, keterampilan dan ketekunan. Sebab, tanaman hias ini proses menjadi daun hingga batang paling cepat satu tahun.
“Itu pun ukurannya kecil, namun mulai dari daun dan batangnya sudah jadi,” kata lelaki tinggal di Gang Sawahan, Kelurahan Sumbang, Kecamatan/Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur itu.
Ia menjelaskan, sebenarnya di Bojonegoro tanaman yang bisa dibonsai mudah didapatkan dan sangat melimpah. Misalnya bonsai lokal Bojonegoro di antaranya serut, loa, beringin, dan Trenggulu banyak ditemui di hutan bahkan di belakang rumah.
Selain itu, iklim di Bojonegoro sangat mendukung semua jenis tanaman bonsai. Namun, berbeda dengan bonsai impor. Sebab, hanya beberapa jenis bonsai yang dapat menyesuaikan iklim di Bojonegoro.
“Misalnya jenis bonsai impor seperti sakura mikro, aancang, kimeng, dan beringin taiwan yang cocok di iklim Bojonegoro,” kata Mukidi.
Dia mengatakan, peminat bonsai setiap hari ada meski di tengah pandemi Covid-19. Bahkan, selain dari lokal Bojonegoro juga ada pembeli dari Jakarta, Bandung, Pulau Bali hingga Sulawesi.
“Kalau untuk jumlah terutama yang di rumah ada 300 bonsai. Yang di kebun sendiri lagi, karena banyak. Sedangkan, harga untuk bonsai hias mulai dari Rp 25 ribu hingga Rp 25 juta,” katanya.
Mukidi menambahkan, untuk harga bahan bonsai berbeda, yakni mulai Rp 5 ribu hingga Rp 10 ribu. Kedepan, lanjut dia, bersama komunitas Sinau Bonsai akan menjadikan Bojonegoro jujugkan para peminat bonsai.(jk)