Kisah Sukses Muhamad Ali, Ingin Kembangkan Ternak Sapi Ongole Khas Bojonegoro

23792

SuaraBanyuurip.com – Joko Kuncoro

Bojonegoro – Perjalanan usaha Muhammad Ali pria asal Desa Dolokgede, Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur ini terbilang tak mudah. Ia awalnya harus mencoba berbagai usaha di antaranya usaha jahit, beternak domba hingga di dunia seni fotografi.

Hingga akhirnya ia kemudian menemukan usaha yang membuatnya sukses. Yakni peternakan sapi. Ali juga termasuk penggerak peternak sapi ongole Bojonegoro.

“Saya awalnya beternak 4 domba pada 2012 lalu, dan setiap tahun ada inovasi. Sehingga, pada 2014 berkembang menjadi 34 ekor untuk di breeding atau pembuahan,” katanya mengawali cerita sebagaimana dikutip dari Channel YouTube dariNOL.

Namun, meski usaha domba milik Ali berkembang ia mencoba beralih ke ternak sapi karena ingin melakukan penggemukan dan hasilnya lebih banyak.  Juga untuk perawatan sapi lebih simpel daripada domba karena banyak mengeluarkan biaya produksi.

“Tahun 2015 menjadi tahun pemula bagi kami untuk beralih ke sapi ongole, ada 6 ekor betina dan tiga tahun kemudian menjadi 18 ekor,” kata pria asal Dolokgede itu.

Dia mengatakan, ketertarikan pemilihan ternak sapi ongole karena tahan cuaca ekstrem dan reproduksi peranakan sapi ongole sangat bagus. Namun, harus menyiapkan kadang atau lahan untuk beternak.

“Barulah dilakukan pemilihan ingin penggemukan atau pembibitan,” imbuh Penggerak Peternak Sapi Ongole Bojonegoro ini.

Ali sapaan akrabnya selain terfokus pada peternakan sapi ongole bersama anggota Kelompok Tani Ternak (KTT) Ustan Mandiri Dolokgede setiap tahun juga melakukan inovasi. Yakni untuk mengembangkan usaha ternaknya.

Karena inovasinya itu, akhirnya dilirik Kementerian Pertanian untuk mengikuti kegiatan teknik budidaya sapi yang diselenggarakan oleh Australia.

“Karena kegiatan kami selalu ter back up di website, singkat cerita dilirik Kementan RI untuk mengikuti studi singkat satu bulan setengah bersama 26 peserta lainnya. Terkait budidaya sapi,” kata Ali.

Menurutnya, beberapa ilmu yang ia peroleh selama mengikuti studi singkat di Australia. Teori sekaligus praktik peternakan antara Australia dan Indonesia sangat berbeda jauh.

“Indonesia lebih kreatif, ibarat berternak itu bondo nekat/bonek. Berbeda dengan Australia idealnya menggunakan teori, lebih ekonomi dan menggunakan peluang,” tambahnya.(jk)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *