SuaraBanyuurip.com – Joko Kuncoro
Bojonegoro – Sandur Kolosal bertajuk Sebuah Kado dari Wak Tangsil untuk Hari Jadi Bojonegoro, Jawa Timur ke-344 yang digelar Sabtu (4/12/2021) berlangsung meriah. Dalam pertunjukan itu, Wak Tangsil menceritakan kondisi pembangunan Bojonegoro yang sudah merata dan sejahtera.
Wak Tangsil berpenampilan memakai baju perpaduan antara tradisional dan milenial. Ia begitu bersemangat menceritakan kondisi budaya, adat istiadat, makanan khas Bojonegoro hingga tentang daerah yang dikenal sebagai kota minyak.
Saat Wak Tangsil melepas kacamata hitamnya ia mengawali cerita dalan e Bojonegoro wes nglenyer. Itu terjadi saat ia pulang dari Amerika sebagai pengusaha bambu merasakan perbedaan pembangunan Bojonegoro.
“Dalan e Bojonegoro wes nglenyer makane ojo nganti lali dalane seng sak durung koyo galengan sawah lan papingen brongkat kabeh. Karena itu agar tidak lupa pembangunan yang merata ini dibuat lagi,” kata Wak Tangsil saat tampil di pertunjukan Sandur Kolosal.
Wak Tangsil juga menuturkan kekayaan sumber daya alam (SDA) di Bojonegoro salah satunya pontesi minyak dan gas (migas) yang bertempat di Lapangan Banyuurip. Lapangan Banyuurip Hulu Migas mampu memberikan sumbangsih membawa kesejahteraan masyarakat Bojonegoro.
“Baik secara wilayah yang terdampak langsung operasi migas maupun untuk masyarakat di Bojonegoro,” katanya.
Karena itu, Wak Tangsil, melanjutkan, cadangan energi nasional harus dieksplorasi seefisien mungkin. Sebab, untuk membangun dan menjaga lingkungan serta memanfaatkan SDA.
Selain itu, literasi budaya mensosialisasikan sandur warisan budaya tak benda harus diterapkan agar semua masyarakat tahu. Misalnya, kesenian tradisional khas Bojonegoro Oklik juga harus didaftarkan di UNESCO bukan hanya di tingkat nasional saja.
“Karena banyak kesenian di Bojonegoro yang memanfaatkan bambu seperti layangan, besek tempat makanan, tampah untuk membuang kotoran beras, dan rinjing semua dari bambu,” katanya sebagaimana dikutip dari Channel YouTube Pemkab Bojonegoro.
Dia mengatakan, makanan Bojonegoro juga ada yang berasal dari bong atau tunas bambu yang masih muda. Makanan ini biasanya dibuat untuk sayuran lodeh.
Spesialis Publik Relation SKK Migas Jabanusa Erwin Redi Ardianto mengatakan, pelaksanaan sandur ini sangat meriah sebagai HJB ke 344. Sandur adalah kesenian khas dari Bojonegoro dan sudah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda.
“Oklik dan tarian-tarian yang dalam sandur merupakan pertunjukan meriah,” jelasnya.
Pertunjukan sendiri, kata dia, menjadi salah satu program hubungan kelembagaan ExxonMobil Cepu Limited untuk menjaga hubungan baik dengan stakeholder dan masyarakat di wilayah operasi migas EMCL.
“Juga menjaga silaturahmi dan sinergi,” katanya.
Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya (Disbudpar) Budiyanto, menyambut baik dari stakeholder dan semua bekerja sama untuk membangun bojonegoro. Atas kerjasama EMCL dengan Pemkab Bojonegoro agar semakin produktif.
“Sandur perlu dilestarikan karena di dalamnya perpaduan berbagai seni murni, taeter drama sandiwara,” katanya.
Sandur ini juga menampilkan lakon Wak Tangsil Petak, Balong, dan cawek. Juga seni tari, seni musik dan seni Sandur. Sebab, Sandur Bojonegoro ini berbeda karena memadukan dari sisi tradisional dan milenial.(jk)