Wartawan Usia Emas Berbagi Teknik Menulis di Unigoro

Arieyoko dalam kegiatan di Hall Suyitno Bojonegoro.

Suarabanyuurip.com – Arifin Jauhari

Bojonegoro – Sejumlah wartawan senior yang tergabung dalam Komunitas Wartawan Usia Emas (Warumas) membagikan seabreg pengalaman dan teknik menulis mereka di Hall Suyitno Universitas Bojonegoro (Unigoro) Senin (21/11/2022) kemarin.

Perhelatan dikemas dalam acara bincang buku antologi puisi ‘Kucinta Negeri Kutulis Puisi’ hasil kerja bareng antara komunitas Warumas dan Universitas Bojonegoro. Kegiatan tersebut mendapat sambutan positif dari kalangan mahasiswa.

Itu terlihat dari antusiasme mahasiswa yang hadir di acara tersebut. Sedikitnya 200 mahasiswa dari berbagai jurusan di perguruan tinggi yang dikenal dengan nama Yellow Campus ini memadati Hall Suyitno.

Tak ketinggalan para pejabat sivitas akademika Universitas Bojonegoro, termasuk Dr Arief Januwarso SSos MSi, Ketua Yayasan Suyitno Bojonegoro, Dr Tri Astuti Handayani SH MM Mhum, Rektor Unigoro, serta para Dekan pun mengikuti hingga akhir acara.

Salah satu hadirin ikut membacakan antalogi puisi “Kucinta Negeri Kutulis Puisi’ hasil kerja bareng antara komunitas Warumas dan Unigoro
© 2022 suarabanyuurip.com/Ist.sbu

Mereka menyimak setiap paparan yang disampaikan narasumber. Tampil sebagai pembicara di acara tersebut adalah Arieyoko, Aming Aminoedin, Sasetya Wilutama, Kris Maryono dan Pramudito.

“Ingin menulis puisi tetapi tidak tahu harus mulai dari mana? Mulailah dari menulis kegiatan kita sehari-hari. Semacam buku harian,” kata Arieyoko, seniman yang juga jurnalis asal Bojonegoro.

Arieyoko menuturkan, sebuah ‘buku’ yang bisa digunakan untuk mendokumentasikan tulisan itu adalah media sosial.

“Apa pun bentuk media sosialnya, bisa jadi tempat curahan tulisan kita,” tuturnya.

Menurut Ketua Kelompok Seniman Bojonegoro (KSMB) yang juga mantan wartawan Republika Jakarta itu, Seni sastra termasuk seni yang tidak perlu modal banyak. Berbeda dengan seni murni lainnya, seperti seni lukis, seni teater, seni tari, dan seni suara atau musik, seni sastra itu paling murah.

“Modalnya cuma sesobek kertas dan kita bisa menulis di atasnya,” ujar Arieyoko.

Sekarang ini, lanjutnya, mengekspresikan seni sastra makin mudah dengan hadirnya teknologi digital. Oleh karena itu dia mengajak para mahasiswa memanfaatkan media sosial ini sebaik-baiknya.

“Untuk mengungkapkan uneg-uneg kita dengan kata-kata yang indah,” imbuhnya.

Arieyoko berharap kegiatan menulis ini bisa jadi aktivitas rutin dalam keseharian mahasiswa. Seperti yang dilakukan Warumas. Komunitas yang rata-rata sudah ‘sepuh’ ini tak pernah berhenti berkarya, tak berhenti menulis, dan tetap produktif dengan beragam inovasi.

Sementara itu Rektor Unigoro, Tri Astuti Handayani mengatakan, bahwa kegiatan tersebut dinilai sangat tepat. Karena selain dapat meningkatkan kreativitas, juga bisa menumbuhkan percaya diri kepada mahasiswa.

“Kemampuan menulis ini penting untuk mengembangkan karier. Apa pun bentuk kariernya nanti,” ucapnya.

Wanita yang akrab disapa Nanin ini mengakui di perpustakaan kampus juga tersimpan buku-buku karya mahasiswa Unigoro.

Sama halnya dengan pengakuan Arif Januwarso. Ia juga sangat terkesan dengan agenda yang diinisiasi Warumas tersebut.

“Kegiatan ini perlu dibuat secara rutin di kesempatan lainnya,” harapnya.

Suasana kian meriah ketika para tokoh Yellow Campus tampil membacakan puisi. Selain Nanin dan Arif Januwarso, hadir juga Dra Rupiarsih, Dekan Fisip yang ikut membacakan puisi dari buku ‘Kucinta Negeri Kutulis Puisi’.(fin)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *