Suarabanyuurip.com – d suko nugroho
Jakarta – Perusahaan Gas Negara (PGN) meminta dukungan kepada Komisi VII DPR RI agar pembangunan pipa gas Cirebon – Batang dapat dialokasikan dalam APBN. Tujuannya agar masalah kelebihan pasokan gas di Jawa Timur (Jatim) dan penurunan gas di Jawa Barat dapat teratasi.
“Saat ini baru terputus di Cirebon dan Batang. Harapannya kalau Cirebon–Batang bisa dibangun oleh APBN, surplus di Jawa Timur bisa kita kirim ke Jawa Barat dan Sumatera bagian selatan,” kata Direktur Utama PGN M Haryo Yunianto saat rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI.
Haryo menjelaskan, pembangunan jaringan pipa transmisi dari Cirebon menuju Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang ini ditargetkan beroperasi pada 2023. Pembangunan infrastruktur pipa gas bumi ini ditujukan untuk mendukung implementasi energi bersih bagi kawasan industri.
“Sumber gas yang mengalir KIT Batang bersumber Jambaran Tiung Biru (JTB) yang dikelola oleh Pertamina EP Cepu,” ujarnya.
Menanggapi hal itu, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Eddy Soeparno menyutujui usulan tersebut. Komisi dewan yang membidangi masalah energi ini mendorong pemerintah mengalokasikan anggaran dalam APBN untuk menyelesaikan pembangunan pipa transmisi Batang–Cirebon.
“Sehingga, nanti surplus gas dari Provinsi Jawa Timur dapat didistribusikan ke provinsi Jawa bagian Barat dan Sumatera bagian Selatan,” tegas Eddy dikutip dari Parlementaria.
Sebagai informasi, Jawa Timur akan mengalami kelebihan pasokan gas karena beberapa lapangan telah on stream. Yakni lapangan Gas JTB di Kabupaten Bojonegoro, dan HCML (Hisky-CNOOC Madura Limited) di wilayah Sumenep, Madura.
Produksi gas JTB ditarget mencapai 192 MMSCFD. Sedangkan produksi Lapangan HCML hampir sama dengan JTB.
Sebagian besar gas tersebut diserap oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) sekira 40 persen, 20 persen diserap oleh industri dan diserap oleh industri pupuk 20 persen. Serta sebagiannya lagi diserap oleh rumah tangga.(suko)