SuaraBanyuurip.com – Perajin tahu di Kelurahan Ledok Kulon Kecamatan/Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur mengeluhkan mahalnya harga bahan baku kedelai. Teguh Haryono atau Mas Teguh, calon legislatif (Caleg) DPR RI PDI Perjuangan Deerah Pemilihan (Dapil) IX Bojonegoro dan Tuban, mengajak para insinyur pertanian di Indonesia bersama-sama mencarikan solusi agar harga kedelai murah dan mudah dijangkau.
Menurut Nurul, perajin tahu Desa Ledok Kulon, harga kedelai impor sekarang ini mencapai Rp 12.700 per kilogram (Kg). Harga ini sangat memberatkan perajin tahu.
“Sehingga berpengaruh pada perajin dan konsumen secara langsung, maka untuk menutupi biaya produksi tersebut, perajin mensiasati dengan mengurangi ukuran tahu yang dijual kepada konsumen,” curhat Nurul kepada Mas Teguh.
Industri tahu Ledok Kulon di Kabupaten Bojonegoro telah turun temurun digeluti warga. Industri ini berdiri sekitar tahun 1950. Nurul merupakan genarasi ketiga.
Menurut Nurul, masing-masing perajin tahu sudah memiliki pasar sendiri. Penjualannya sampai luar kabupaten seperti Tuban, Lamongan, Blora.
“Kalau saya memiliki pasar di Kabupaten Lamongan,” ucapnya kepada Mas Teguh sambil menata tahu yang siap dipasarkan.
Nurul mengaku memproduksi dua jenis tahu yaitu tahu kotak dan bulat. Setiap pagi hari sudah ada langganan yang mengambil dan dipasarkan di wilayah Lamongan.
“Untuk harga tahu kotak dan bulat paling murah Rp 2.000 hingga Rp 6.000 isi 10 biji. Dalam sehari omset saya sekitar Rp. 3.000.000,” pungkasnya.
Perajin tahu berharap harga kedelai lebih stabil dan tidak naik terus, agar biaya produksi tidak semakin mahal.
“Sehingga perajin terbantu dan bisa bertahan,” pungkas Nurul.
Menanggapi hal itu, Mas Teguh menyampaikan, Desa Ledok Kulon merupakan sentra industri tahu di Bojonegoro yang harus mendapat perhatikan dari pemerintah, terutama bahan baku. Usaha ini sudah terbukti menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat.
“Usaha ini telah memberikan multi plier efect yang luar biasa, dan mampu menggerakkan ekonomi kerakyatan,” tegas Mas Teguh.
Oleh karena itu, lanjut Mas Teguh perlu ada kolaborasi dan solusi konkret agar industri tahu Ledok Kulon di Kabupaten Bojonegoro ini terus bertahan dan lebih berkembang.
“Ini juga menjadi PR bagi para insinyur pertanian di Indonesia untuk mencari solusi, agar bahan baku kedelai ini mudah dan murah sehingga tidak membebani para perajin tahu,” pungkas pria asli Bojonegoro kelahiran Desa Nglumber, Kecamatan Kepohbaru ini. (red/adv)