SuaraBanyuurip.com – Rombongan Daulat Budaya Nusantara bersama Lesbumi PBNU menggelar Kenduri Budaya Serentak di 9 Lokasi pesisir pantura (pantai utara) pulau Jawa, mulai dari Banten, DKI Jakarta, Cirebon, Pekalongan, Rembang, Tuban, Lamongan, Sidoarjo dan Situbondo pada 9 Maret 2024. Kegiatan ini dilakukan dua pekan pasca Kenduri Budaya Wayangan di Pantai Ngliyep Malang.
Tajuknya masih sama “Mengawal Kemenangan Indonesia Meruwat Nusantara Mendamaikan Indonesia”.
Kali ini Kenduri Budaya mengajak masyarakat umum untuk meletakkan keberpihakan terhadap nelayan dan pesisir serta menghadap ke laut kembali. Artinya laut adalah halaman Nusantara.
“Alhamdulillah, kan nanti ada Megengan, Padusan, Munggahan dan banyak lagi ekspresi kebudayaan masyarakat untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Inilah Indonesia, inilah Nusantara dengan beragam budaya,” kata DR. IR Teguh Haryono yang antusias menggelar Kenduri Budaya di 9 Lokasi secara serentak.
Menurut Mas Teguh, panggilan akrabnya, gerakan Daulat Budaya Nusantara memilih 9 lokasi Kenduri Budaya secara serentak ini hasil dari diskusi Kenduri Budaya di Pantai Ngliyep 23 Februari 2024 lalu.
“Jaringan Nasional Gerakan Daulat Budaya Nusantara bersama Lesbumi PBNU menyepakati Kenduri Budaya sebelum datangnya bulan suci Ramadhan dengan menggelar Kenduri Budaya sebagai representasi dari budaya pesisir Nusantara,” pungkas pakar pertahanan kebudayaan yang lahir di Bojonegoro ini.
“Betul sekali, yang disampaikan Mas Teguh. Menjelang Ramadan, ada satu tradisi yang selalu dilaksanakan masyarakat Indonesia, yaitu selamatan yang populer dengan sebutan Megengan. Tradisi ini memiliki akar yang dalam dalam budaya masyarakat Jawa dan menjadikannya sebagai bagian penting dalam menandai kedatangan bulan suci Ramadan,” tambah Kyai Jadul Maula sebagai Ketua Lesbumi PBNU yang menjadi kolaborator Gerakan Daulat Budaya Nusantara.
Menurut Kyai Jadul Maula, istilah “megengan” sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti menahan. Namun, dibalik makna sederhananya tersebut, terdapat kekayaan nilai-nilai dan makna yang mendalam.
“Megengan ini tidak hanya sekedar mengingatkan masyarakat akan pentingnya berpuasa selama bulan Ramadhan, tetapi juga menjadi wadah untuk memperkuat tali persaudaraan dan kerukunan antar sesama,” pungkasnya.(red)