SuaraBanyuurip.com – Teguh Budi Utomo
Tuban – Demam Berdarah Dengue (DBD) kembali merebak di wilayah Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Penyakit akibat gigitan nyamuk Aedes Aegypti ini, diperkirakan telah merambah 20 wilayah kecamatan di Bumi Ranggalawe.
Sebarannya yang demikian cepat bersama meratanya guyuran hujan tersebut, memunculkan 91 kasus DBD dalam periode bulan Januari hingga Februari 2024. Jumlah ini patut diwaspadai, karena sepanjang tahun 2023 lalu Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Tuban mencatat sebanyak 203 kasus. Angka akhir tahun lalu terhitung terjadi penurunan kurang lebih 70 persen, dibanding tahun sebelumnya (2022) sebanyak 700 kasus.
“Semua wilayah (kecamatan-Red) diharap siaga, karena musim hujan merata di semua wilayah,” kata Kepala Dinkes P2KB Tuban, Esti Surahmi, saat dikonfirmasi SuaraBanyuurip.com, Sabtu (9/03/2024) malam.
Fenomena alam yang menyertai datangnya musim penghujan, menjadikan Dinkes P2KB memasifkan program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Walau pada tahun lalu tak ditemukan korban meninggal akibat amuk Aedes Aegypti, namun institusi tersebut lebih menguatkan program PSN di lapangan.
Di lain sisi, tambah Esti Surahmi, berbagai saluran informasi pencegahan hingga penanganan, telah dibuka untuk masyarakat terkait DBD. Harapannya bisa menghalau sebaran nyamuk, yang gigitannya, bisa menimbulkan kematian jika tak segera ditangani.
“Semoga bisa kita tekan dengan upaya pencegahan secara masif, sehingga bisa turun lagi kasusnya,” tambah perempuan pejabat yang ramah itu.
Ia tambahkan, gejala awal dari DBD yang dialami penderitanya antara lain demam tinggi, diikuti nyeri persendian, kulit bintik merah, diare, sakit perut, dan muntah. Jika dalam tiga hari tak sembuh, segera dibawa ke dokter.
Selain itu, Dinkes P2KB juga tetap mengimbau agar warga menguras, menutup penampungan air, dan mendaur ulang barang bekas agar tidak menjadi sarang nyamuk. (tbu)