SuaraBanyuurip.com — Arifin Jauhari
Bojonegoro — Operator lapangan unitisasi gas Jambaran Tiung Biru (JTB), PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi Cepu (PEPC) Zona 12 memiliki program yang fokus dalam mencegah stunting pada balita. PEPC menggandeng mitra pendamping dari Yayasan Paratazkia dalam mewujudkan program ini.
Agenda ini terlaksana sebagai bagian dari upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya pada kelompok rentan seperti balita, ibu hamil, serta pasangan usia subur.
Pencegahan Balita Stunting ini terbalut dalam Program Posyandu Tangguh Mandiri untuk Peningkatan Status Gizi Masyarakat Rentan dikenal dengan akronim “Pos Gizi Mandiri”. Bentuknya berupa penyuluhan. Kali ini menyasar kepada 130 warga masyarakat Desa Kaliombo, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
Narasumber dalam program ini, Dosen S1 Program Studi (Prodi) Gizi pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Bojonegoro (Stikes Maboro), Apriliawan Hidayatullah, S.Gz,M.T.P, didaulat memberikan penyuluhan mengenai bahaya dan cara pencegahan stunting.
Disampaikan, beberapa cara pencegahan stunting dibagi kedalam 4 kategori yakni, 1.000 hari pertama kehidupan, Nutrisi Ibu hamil, Pemberian ASI selama 2 tahun, dan Penambahan MPASI.
Dia menekankan, agar tidak terjadi stunting, perlu penambahan gizi seimbang yang mengandung zat besi pada ibu hamil, penambahan secara alami dan farmasi dengan penambahan tablet FE agar tidak terjadi anemia dan kekurangan darah merah.
“Stunting adalah keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi,” kata Apriliawan Hidayatullah pasca memberikan penyuluhan di Balai Desa Kaliombo kepada Suarabanyuurip.com, Sabtu (02/11/2024).
Senada, Ketua Stikes Maboro, DR. Ns. Sudalhar, M.Kep, juga memberikan penyuluhan mengenai pencegahan stunting yang menyasar pada peserta remaja hingga pasangan usia subur.
Disampaikan bahwa pencegahan stunting juga perlu disiapkan sejak remaja, jika di usia remaja sudah terbiasa dengan pola hidup yang sehat dan pola makan yang bergizi tentunya hal ini juga akan berpengaruh ketika memasuki tahap memiliki pasangan hingga kesiapan diri menjadi ibu hamil dan memiliki balita.
“Ketika para usia remaja memiliki ilmu pengetahuan yang cukup, maka upaya pencegahan agar tidak lagi terjadi lahirnya balita stunting dapat terimplementasikan,” beber Sudalhar.
Untuk dapat mengetahui seberapa peserta kegiatan memahami dan keseriusan seputar pencegahan stunting, maka diberikan pretest dan postest pada setiap peserta.
Tak hanya melakukan penyuluhan pencegahan stunting, kegiatan ini dilanjutkan dengan pemetaan dan pembentukan kelompok peduli cegah stunting. Pemetaan dan pembentukan kelompok ini diarahkan langsung oleh Ketua Yayasan Paratazkia Lusi Diyah Fatnawati, S.Kep.
Pembentukan kelompok peduli cegah stunting ini dilakukan agar setiap kelompok baik kelompok remaja, kelompok pasangan usia subur dan juga kelompok Ibu hamil dapat terkoordinir, sehingga ada komunikasi yang terjalin pada setiap kelompok, dengan begitu setiap informasi dan aksi yang didapat dan dilakukan dapat tersampaikan dengan baik kepada anggota kelompok masing-masing.
“Diharapkan setelah adanya pembentukan kelompok peduli cegah stunting ini, dapat memberikan dorongan kepada setiap kelompok Remaja, PUS dan Bumil untuk sama-sama dapat mendeklarasikan upaya pencegahan terjadinya stunting,” tandas Lusi.(fin)