Pohon Mangga Efektif Serap Karbon di Desa Penghasil Migas, Begini Penjelasan Dosen Unigoro

Pohon mangga.
Oktavianus Cahya Anggara, ST., M.Sc., kaprodi ilmu lingkungan Unigoro sedang mengukur diameter pohon di Desa Sukoharjo, Kecamatan Kalitidu, penghasil migas Kedung Keris.

SuaraBanyuurip.com – Pohon mangga selain memiliki nilai ekonomis, juga efektif menyerap emisi karbon yang dihasilkan dari kegiatan eksploitasi migas. Pohon ini bisa menyerap 79,68 kg karbon per tahun.

Temuan ini diungkapkan oleh Oktavianus Cahya Anggara, ST., M.Sc., kaprodi ilmu lingkungan Universitas Bojonegoro (Unigoro). Ia melakukan penelitian keberadaan pohon mangga di Desa Sukoharjo, Kecamatan Kalitidu. Desa ini merupakan penghasil migas Lapangan Kedung Keris (KDK), Blok Cepu.

Oktavianus melakukan riset di Desa Sukoharjo karena lapangan migas Kedung Keris mampu memproduksi minyak hingga 20 juta barel per hari. Jumlah emisi karbon yang dihasilkan mencapai sekitar 2,11 juta megaton per tahun.

Oktavianus mengatakan, sejak bulan Februari dia dan Pemdes Sukoharjo telah mencanangkan program konservasi lingkungan.

“Tapi bukan sekedar penghijauan. Melainkan penghijauan yang diupayakan bisa meningkatkan partisipasi masyarakat. Saya meneliti tanaman dan vegetasi apa saja yang sekiranya cocok ditanam di Desa Sukoharjo untuk menyerap emisi karbon. Tetapi tanaman tersebut harus potensial dari sisi ekonominya. Mengingat keberadaan Lapangan Kedung Keris belum berdampak signifikan terhadap kesejahteraan warga Desa Sukoharjo,” terangnya, Senin (21/10/14).

Oktavianus mengaku telah meneliti 620 pohon dari 39 jenis vegetasi yang ada di Desa Sukoharjo. Penelitian ini hanya difokuskan pada pohon berdiameter lebih lima sentimeter. Metode pengukuran karbon yang diterapkan non destruktif tanpa merusak pohon. Langkah-langkahnya dimulai dari mengukur diameter batang setinggi dada, kemudian dikalikan dengan faktor konversinya sehingga diketahui faktor biomassa.

“Biomassa itu makanannya adalah karbon dioksida yang terserap menjadi tubuh pohon dengan satuan kilogram. Nah, bobotnya pohon mencerminkan seberapa banyak karbon dioksida yang terserap oleh pohon. Misalnya biomassa atau bobot pohon 100 kg. Karbonnya berapa kg? 46 persen kandungan biomassa pohon adalah karbon. Setelah diketahui jumlah serapan karbonnya, kami membandingkan daya serap karbon tiap pohon mana yang paling tinggi dan bernilai ekonomis. Ternyata yang cocok ditanam di Desa Sukoharjo adalah pohon mangga. Karena terbukti menyerap karbon lebih tinggi,” paparnya.

Oktavianus melanjutkan, pohon mangga di desa penghasil migas ini dapat menyerap 79,68 kg karbon per tahun. Saat ini pohon mangga didominasi tumbuh di sekitar timur area penghijauan Desa Sukoharjo seluas 25 hektar. Dia berharap, program penghijauan berikutnya diprioritaskan penanaman pohon mangga di area bagian barat dan tengah.

“Saat masa panen, buah mangganya dapat dijual untuk menambah pendapatan masyarakat. Kami sudah berdialog dengan Pemdes Sukoharjo tentang hasil penelitian tersebut dan berharap masyarakat di desa setempat termotivasi menanam mangga. Dalam waktu dekat ini, kami juga akan menyosialisasikan hasil penelitian kepada masyarakat,” tandasnya.

Temuan Oktavianus ini bagian dari penelitian dosen pemula (PDP) yang berjudul Evaluasi Kemampuan Penyerapan Karbon pada Program Penghijauan Guna Mendukung Pariwisata Berkelanjutan di Desa Sukoharjo. Penelitian tersebut didanai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek) melalui Pendanaan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Tahun 2024.(red)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait