Akademisi Unigoro Ingatkan Pentingnya Edukasi Masyarakat Lokal Menjaga Lingkungan Geopark Bojonegoro

Minyak tradisional.
Aktivitas penambangan sumur minyak tradisional di lapangan Wonocolo.

SuaraBanyuurip.com – Pemerintah Kabupaten Bojonegoro telah meresmikan Pusat Informasi Geologi (PIG) untuk bisa memperoleh pengakuan UNESCO Global Geopark (UGGp), Senin (3/2/25). Akademisi Universitas Bojonegoro (Unigoro) mengingatkan pemerintah untuk mengedukasi masyarakat lokal agar menjaga lingkungan, terutama di geosite tambang minyak tradisional Wonocolo.

Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unigoro, Dr. Laily Agustina R., S.Si., M.Sc., menerangkan, pembangunan infrastruktur memang harus diprioritaskan untuk memelihara kawasan geosite, biosite, dan culture site. Namun peran masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut tidak bisa dikesampingkan.

“Masyarakat Bojonegoro harus ada rasa ikut memiliki geopark. Karena tidak semua wilayah punya. Geopark adalah gift dari tuhan berupa kekayaan geologi. Jadi harus tumbuh rasa ingin menjaga,” terangnya.

Laily menyebut, salah satu geosite unggulan yang membutuhkan perbaikan lingkungan segera adalah Wonocolo. Penambangan minyak tradisional peninggalan kolonial Belanda ini dijadikan daya tarik pariwisata. Padahal itu justru merupakan ancaman bagi lingkungan di kawasan Wonocolo.

“Meskipun daya tariknya adalah penambangan minyak tradisional, tetapi bukan berarti kerusakan lingkungan di Wonocolo dibiarkan. Jangan sampai kerusakan ini jadi suatu tontonan yang biasa dan wajar. Harus ada upaya untuk pembangunan lingkungan yang lebih baik. Karena daya tarik wisata adalah keindahan, kenyamanan, refresh. Tapi kalau kondisinya kotor dan tercemar itu kan membuat orang yang datang malas,” ungkapnya.

Menurut Laily, salah satu strategi pengelolaan lingkungan yang bisa dilakukan dalam waktu dekat ini adalah edukasi masyarakat lokal. Warga harus paham jika lingkungan tempat tinggalnya adalah wilayah geosite yang harus dikonservasi. Sebab limbah air terproduksi dari sumur minyak telah mencemari sungai dan tanah di Wonocolo.

“Kita tidak bisa serta-merta menghentikan penambangan minyak tradisionalnya. Perbaikan kondisi lingkungan harus based on research untuk merumuskan bagaimana strategi konservasi dan pengelolaan geopark yang berkelanjutan. Masyarakat sekitar Wonocolo juga harus dilibatkan dalam edukasi dan promosi,” paparnya.

Lima tahun meriset Wonocolo, doktor ilmu lingkungan ini juga berharap ada integrasi materi tentang geopark ke dalam mata pelajaran siswa. Dia mencontohkan, pelajar-pelajar di Banyuwangi mendapatkan pengetahuan tentang geopark Ijen Banyuwangi dari materi pelajaran di sekolah.

“Selain itu, di setiap sekolah ada semacam geopark corner. Kenapa edukasi bagi siswa itu penting? Karena mereka yang akan punya peran besar dalam menjaga geosite di masa depan,” pungkas Laily.

Pj Bupati Bojonegoro, Adriyanto sebelumnya menyampaikan, PIG ini menjadi ikon baru Bojonegoro untuk bisa memperoleh pengakuan UNESCO Global Geopark (UGGp).
“PIG Geopark Bojonegoro ini menjadi investiasi awal untuk Bojonegoro di masa depan. Karena itu dibutuhkan peran akademisi untuk menggali potensi di Bojonegoro,” ujar Adriyanto saat merismikan PIG Geopark Bojonegoro.(red)

Pos terkait