SuaraBanyuurip.com — Arifin Jauhari
Jakarta — Subholding Upstream Pertamina, PT Pertamina Hulu Energi (PHE) berkomitmen mendukung Program Asta Cita dengan mengedepankan target swasembada energi nasional sebagaimana yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.
PHE mengemukakan komitmen itu dalam acara Energi Forum: Kesiapan Indonesia Menuju Swasembada Energi yang diinisiasi oleh Detikcom berkolaborasi dengan Komisi XII DPR RI yang digelar di Jakarta, Selasa (11/3/2025) kemarin.
Kegiatan itu merupakan rangkaian acara sebagai tindak lanjut dalam mewujudkan swasembada energi di Indonesia. Perhelatan ini diikuti oleh peserta dari berbagai stakeholder dalam menghadapi tantangan dan kebutuhan energi dalam negeri, untuk memastikan ketahanan energi nasional yang mandiri dan berkelanjutan.
Hadir dalam perjamuan tersebut antara lain Ketua Komisi XII DPR RI Bambang Patijaya, Wakil Ketua Komisi XII DPR RI Sugeng Suparwoto, Sekretaris SKK Migas Luky A. Yusgiantoro, Dirjen Minerba Kementerian ESDM Tri Winarno dan Direktur Sumber Daya Manusia Antam Achmad Ardianto.
Direktur Pengembangan dan Produksi PHE, Awang Lazuardi mengatakan, dalam memenuhi kebutuhan energi nasional, khususnya kebutuhan minyak dalam negeri, PHE melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan produksi. Pada tahun 2024 PHE telah berkontribusi terhadap produksi minyak nasional sekira 400 ribu barel per hari (MBOPD) atau setara dengan 69 persen total produksi nasional.
“Jangka pendek kita melakukan workover, multistage fracturing, infill drilling, reaktivasi idle well untuk menahan natural decline (penurunan produksi alamiah),” katanya dalam keterangan tertulis diterima Suarabanyuurip.com, Rabu (12/03/2025).
Sementara untuk peningkatan produksi minyak jangka menengah (mid term) dan jangka panjang (long term), PHE secara masif melakukan eksplorasi, dan menerapkan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) untuk mengoptimalisasi sumur-sumur lama.
Teknologi EOR dimaksud dengan metode steamflood sudah diterapkan di Blok Rokan. Metode ini dilakukan dengan menginjeksikan uap ke dalam reservoir minyak.
“EOR ini teknologi yang ramah lingkungan namun costnya tinggi, dan tidak semua lapangan bisa applicable untuk EOR,” tandas Awang.(fin)