Petani Jaga Pipa Minyak Banyu Urip, Amankan Keselamatan Warga dan Lingkungan

Petani amankan pipa minyak Banyu Urip.
JAGA : Petani asal Dusun Gempol Garut, Desa Jelu, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro, Kusnanto (kanan) bersama Direktur Inspektra, Handoko di dekat papan penunjuk pipa minyak Banyu Urip.(ist/uqay untuk arifin)

Petani Desa Jelu, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro, tak hanya bercocok tanam saja, namun mereka juga ikut terlibat dalam menjaga keamanan pipa minyak Banyu Urip, Blok Cepu, agar warga dan lingkungan di jalur pipa aman dan lancar dalam beraktivitas bertani maupun lainnya.

PAGI itu semburat sinar surya masih memerah di ufuk timur, alam pun terlihat belum begitu terang menyisakan waktu subuh. Selepas salat, Kusnanto bergegas keluar rumah dengan sepeda motornya. Satu kilometer jalan setapak dan pematang sawah yang dilewati masih remang-remang. Namun tidak sampai 5 menit dia tiba di sawah miliknya.

Warga Dusun Gempol Garut, Desa Jelu, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur ini ingin memastikan padinya aman setelah diguyur hujan lebat. Kusnanto lega dan bersyukur, saat mendapati padi yang siap panen baik-baik saja. Di lahan seluas tiga ribu meter persegi tersebut dia mengharapkan bisa panen sekira 1,5 ton gabah.

Sawah tadah hujan itu dia tanami padi dan jagung secara bergantian. Bapak satu anak ini bisa memelihara produktivitas lahan dengan menerapkan metode pertanian alami. Hasil panen selalu sesuai harapan.

“Saya belajar cara bertani alami dari teman-teman di kumpulan Jagong Tani,” ucap Kusnanto kepada wartawan di rumahnya membuka cerita, Minggu (13/4/2025).

Jagong Tani yang dimaksud Kusnanto merupakan pertemuan para petani di jalur pipa Minyak Lapangan Banyu Urip, yang difasilitasi oleh Lembaga Swadaya Masyarakat Inspektra dan didukung ExxonMobil Cepu Limited (EMCL).

Setiap bulan mereka berbagi pengalaman mengenai masalah pertanian. Lebih dari 600 petani dari enam kecamatan di daerah penghasil minyak dan gas bumi (Migas), sebutan lain Bojonegoro, ini terlibat dalam Jagong Tani.

Selain bicara pertanian, mereka juga punya perhatian khusus terhadap keselamatan dan keamanan jalur pipa. Sepanjang 72 kilometer pipa yang dikubur sedalam 1,5 hingga 2 meter itu mengalirkan minyak mentah. Mereka tidak ingin ada aktivitas petani maupun orang lain yang berpotensi membahayakan pipa.

Petani jaga pipa minyak Banyu Urip
Petani Desa Jelu, Kusnanto dan Direktur LSM Inspektra, Handoko jaga pipa minyak Banyu Urip, Blok Cepu untuk mengamankan keselamatan warga dan lingkungan.(istimewa)

Yang mana minyak mentah dari lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, di Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, itu dialirkan melalui pipa 20 inci total sepanjang 95 kilometer menuju ke Floating Storage and Offloading (FSO) Gagak Rimang yang terapung di tengah laut Palang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur.

Sambil mengusap keringat di wajahnya, pria berkulit sawo matang inipun berujar, kejadian pada pipa gas di Malaysia awal April 2025 lalu mengingatkan para petani untuk selalu waspada. Bahkan kejadian ini menjadi bahan diskusi untuk mencari solusi agar hal-hal tak diinginkan terjadi.

“Kami merasa aman jika jalur pipa dijaga bersama,” ucap Kusnanto lirih.

Dia meyakini bahwa insiden ledakan pipa gas di Malaysia bukan terjadi begitu saja. Jika tidak terdeteksi dan diatasi secara dini, akibatnya jadi fatal. Karena itu ia dan temannya terus meningkatkan koordinasi dalam menjaga pipa minyak agar tetap aman.

Kesadaran para petani terhadap jalur pipa minyak Lapangan Banyu Urip yang dioperatori EMCL, anak perusahaan raksasa migas Amerika Serikat, itu bukan dari obrolan kemarin sore. Mereka sudah mendapat pendampingan sejak pipa beroperasi pada 2015 lalu.

“Semangat saling mengingatkan dan menjaga keselamatan lingkungan satu sama lain hingga kini terjalin baik,” imbuhnya.

Direktur Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Inspektra, Handoko membenarkan cerita Kusnanto. Dia mengakui keberadaan para petani sangat membantu dalam memastikan keamanan dan keselamatan jalur pipa Lapangan Banyu Urip.

Tak hanya itu, bahkan para petani membantu mengembalikan kondisi ‘crown’ rusak akibat tergerus air. Crown adalah istilah untuk gundukan tanah serupa galengan sepanjang jalur pipa yang menandakan letak pipa di bawahnya.

Lebih dari itu, para petani juga membuat surat komitmen menjaga keamanan dan keselamatan jalur pipa sebagai bentuk pernyataan formal mereka.

“Sebagai mitra EMCL, kami rutin melakukan sosialisasi dan menjaga komunikasi dengan para petani,” ucap Handoko.

Petani jaga pipa minyak Banyu Urip.
Petani Desa Jelu, Kusnanto (kiri) dan Direktur LSM Inspektra, Handoko saat berada di jalur pipa minyak Banyu Urip, Blok Cepu.(istimewa)

Dijelaskan bahwa petani dan warga sekitar selalu proaktif memberitahu jika ada hal yang membahayakan pipa. Kesadaran ini membentuk jejaring komunitas jaga pipa.

“Kami juga buat materi-materi komunikasi agar selalu ingat apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan di jalur pipa,” jelasnya.

Materi itu dia katakan menjadi panduan bersama. Pada sisi lain, EMCL juga sudah memasang rambu-rambu di sepanjang jalur sebagai pengingat bagi siapapun yang mendekati atau melewati pipa.

Hingga hari ini, Handoko mengaku, sudah melakukan 30 kali diskusi terfokus dengan multipihak termasuk pemerintah, instansi terkait, dan perusahan di sekitar jalur pipa. EMCL dan Inspektra juga sudah menggelar pertemuan rutin tahunan lebih dari 300 pertemuan dengan petani, melaksanakan lebih dari 100 kali jagong tani, dan melakukan kunjungan dari rumah ke rumah untuk mengingatkan warga yang melakukan aktivitas membahayakan pipa.

“Alhamdulillah kita sudah ikhtiar bersama untuk keselamatan jalur pipa,” pungkas Handoko mengucap syukur dan doa.(Arifin Jauhari)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait