Local Hero, Perjuangan Mantan Kades di Bojonegoro Menerangi Jalan Ribuan Warga Meraih Masa Depan

PKBM Wana Bakti.
Gedung BKBM Wana Bakti Desa/Kecamatan Ngasem yang dibangun oleh Pertamina EP Cepu Zona 12.(ist)

SuaraBanyuurip.com – Di Desa/Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur terdapat sosok inspiratif. Ia berhasil menumbuhkan harapan warga di tepian hutan dan mengubah hidup mereka menjadi lebih baik melalui pendidikan.

Dia adalah Suwondo. Lelaki yang akrab dipanggil Pak Wondo, ini berusia lebih dari setengah abad. Memiliki latar belakang pendidikan Sarjana Ekonomi dan Manajemen.

Pak Wondo pernah mendapat kepercayaan masyarakat untuk menjabat kepala desa pada periode 2014-2019. Berawal dari terjun di masyarakat, iniasi untuk mengabdi di dunia pendidikan itu muncul.

Setelah melepas masa jabatanya menjadi kepala Desa, Pak Wondo kini fokus berkontribusi dibidang pendidikan. Modal bersosial dan bermasyakat selama lima tahun ia manfaatkan untuk melihat permasalahan dan mengidentifkasi kebutuhan dan sumber masalah yang ada di masyarakat Desa Ngasem. Salah satu yang ditemui adalah masalah pendidikakan.

Pak Wondo melihat banyak anak putus sekolah dan tingginya angka pengangguran di desanya. Ia menyadari bahwa pendidikan adalah kunci untuk memperbaiki masa depan masyarakatnya.

Pak Wondo pun terdorong untuk mendirikan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Wana Bhakti. Lembaga ini didirikan bertujuan memperjuangkan hak masyarakat untuk mengenyam pendidikan.

Perjalanan mendirikan PKBM tidak mudah di tengah keterbatasan. Tantangan terbesar yang dihadapi adalah meyakinkan masyarakat akan pentingnya pendidikan. Apalagi mereka rerata pernah mengenyam pendidikan di sekolah formal, dan putus di tengah jalan karena berbagai faktor.

Pak Wondo tidak pasrah begitu saja. Justru merasa tertantang dan ingin membuktikan bahwa melalui pendidikan dapat mengubah hidup seseorang. Ia pun tak segan melawang (mendatangi) ke rumah-rumah warga, mengetuk pintu, dan mengajak mereka untuk kembali ke bangku sekolah.

“Selain biaya, warga rata-rata tidak mau lagi belajar karena waktunya sudah habis untuk bekerja,” kata Pak Wondo membuka perbincangan belum lama ini.

Pak Wondo kemudian menjelaskan bahwa belajar di PKBM Wana Bhakti diberikan secara gratis tanpa dipungut biaya. Selain itu waktu belajar juga menyesuaikan dan dapat dilaksanakan setelah mereka bekerja. Waktu belajar ini berbeda dengan waktu di sekolah-sekolah formal seperti SD, SMP atau SMA.

“Proses pembelajaran di PKBM cukup fleksibel, dalam seminggu hanya tiga kali pertemuan bahkan sekali tatap muka waktunya hanya 45 menit. Untuk lokasi belajar tersebar di 14 titik, yakni di Kecamatan Ngasem, Padangan, dan Bojonegoro,” jelasnya.

Perjuangan Pak Wondo untuk mengajak warga kembali bersekolah menunjukkan hasil. Dari tahun ke tahun jumlah warga belajar bertambah. Sejak berdiri pada 2008 lalu, PKBM ini sudah meluluskan lebih dari 2.000 warga belajar. Sementara saat ini jumlah warga belajar ada sekitar 417 orang.

“Tentu lulusan dari PKBM ini secara otomatis meningkatkan IPM Bojonegoro. Karena yang mengikuti proses belajar rata-rata di atas 21 tahun,” tegasnya.

Dedikasi Pak Wondo tidak hanya meluluskan ribuan siswa, tetapi juga membuka jalan bagi mereka untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi, menjadi perangkat desa, hingga Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Perjuangan Pak Wondo dalalm dunia pendidikan mendapat apresiaasi dari banyak instansi. Salah satunya adalah dari Pertamina EP Cepu (PEPC) Zona 12. Sebagai operator Lapangan Gas Jambaran Tiung Biru yang berada di wilayah Ngasem, PEPC Zona 12 membangun kolaborasi dengan PKBM Wana Bhakti. Bentuk kolaborasi dan kontribusi ini berupa peningkatan kapasitas tutor, bantuan fasilitas pembelajaran serta pembangunan sekretariat yang kini menjadi pusat kegiatan belajar untuk kejar Paket A, B dan C. Dengan adanya dukungan ini, keberadaan PKBM Wana Bhakti semakin eksis dan dikenal masyarakat luas.

“Bantuan ini sebagai bentuk apresiasi kerja dan pengabdian para tenaga pendidik dalam mencerdaskan bangsa dengan penuh dedikasi,” kata Komisaris Utama PEPC Taufan Hunneman bersama rombongan saat melakukan peletakan batu pertama pembangunan Sekretariat PKBM Wana Bhakti beberapa waktu lalu.

Pak Wondo tidak mencari penghargaan atau pujian. Baginya, kepuasan terbesar adalah melihat warga belajar PKBM Wana Bhakti berhasil mengubah hidup mereka. Kisah para alumni yang kini sukses bekerja di perusahaan ternama, menjadi aparatur desa, melanjutkan pendidikan tinggi bahkan ada yang ke luar negeri, adalah bukti nyata dari dampak besar yang telah ia ciptakan. Para tutor di PKBM, termasuk Pak Wondo, bekerja secara sukarela mendharma baktikan hidupnya untuk mencerdaskan warga desa.

Semangat mereka tidak pernah padam menjadikan PKBM Wana Bhakti sebagai lembaga pendidikan yang ikhlas memberi tanpa membebani, dan memberikan manfaat seluas-luasnya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Bojonegoro.

Pak Wondo berharap kepada generasi muda untuk menimba ilmu melalui pendidikan, karena masa depan bangsa hari ini terletak pada pendidikan dan kualitas sumber daya manusianya.

“Yang terpenting adalah kemauan,” tegasnya.

Apa yang dilakukan Pak Wondo adalah bukti, bahwa satu orang dengan tekad dan hati yang tulus dapat membawa perubahan besar bagi masyarakat. Ia adalah pahlawan lokal (local hero) yang telah menerangi jalan bagi ribuan orang untuk meraih masa depan yang lebih baik.

Kegigihan Pak Wondo memajukan pendidikan non formal ini sejalan dengan program Pemkab Bojonegoro untuk mempercepat pendidikan kerjar paket B dan C. Karena sesuai data yang ada, saat ini ada 6.355 warga yang tidak menyelesaikan pendidikan jenjang SMA.

“Ini untuk meningkatkan indeks pembangunan manusia atau IPM, karena salah satu indikatornya adalah lama sekolah,” kata Wakil Bupati Bojonegoro Nurul Azizah saat menyampaikan keberhadilan capaian 8 qiuck win 100 hari kerja yang dirilis Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo).

Selain itu, Pemkab Bojonegoro juga telah memberikan sejumlah program beasiswa. Yakni 10 sarjana 1 desa, beasiswa scientist, dan beasiswa tugas akhir. Kini, cakupan beasiswa lebih luas, yakni untuk Gus dan Ning. Program ini merupakan investasi jangka panjang untuk meningkatkan SDM masyarakat Bojonegoro.

“Kami percaya melalui pendidikan unggul akan melahirkan generasi Bojonegoro hebat,” tegas Nurul.(*)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait