Jagongan Petani Milenial Gagasan PT ADS Bojonegoro Hadirkan Solusi dari Hulu hingga Hilir

Bupati Setyo Wahono.
ANTUSIAS : Bupati Bojonegoro, Setyo Wahono (pegang mikrofon) selaku pembicara kunci di acara Jagongan Petani Milenial, bersama tiga narasumber, Dekan Fakultas Pertanian IPB, Prof. Dr. Ir. Suryo Wiyono, M.Sc., Agr., Plt Kepala DKPP, Zaenal Fanani, dan Pemilik Laskah Buah selaku offtaker, Muhadi.(arifin jauhari)

SuaraBanyuurip.com — Arifin Jauhari

Bojonegoro — Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, PT Asri Dharma Sejahtera (ADS) kembali menghadirkan acara inovatif yang digagas bertajuk “Jagongan Petani Milenial”.

Pada agenda kali ke dua ini, dipusatkan di Agrowisata Kebun Belimbing, Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu. Pun tiga narasumber yang dihadirkan langsung dapat mengeksekusi jalan keluar dari permasalahan pertanian di tingkat hulu sampai ke hilir sekaligus.

Dekan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Ir. Suryo Wiyono, M.Sc., Agr., dan Pelaksana Tugas (Plt) Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP), Zaenal Fanani didaulat menjadi narasumber, terutama tingkat hulu. Sedangan Pemilik Outlet, Laskar Buah, Muhadi sebagai pembicara di tingkat hilir.

Ratusan petani milenial antusias mengikuti jalannya acara. Mereka juga aktif berdiskusi mulai dari persoalan pupuk non organik, hama pertanian, sampai pada pemasaran sayur dan buah. Tak kalah penting, Bupati Bojonegoro, Setyo Wahono hadir langsung menjadi pembicara kunci.

Direktur PT ADS Bojonegoro, Mohammad Kundori mengatakan, kalender Jagongan Petani Milenial merupakan langkah strategis arahan dari Bupati Bojonegoro untuk mendorong tumbuhnya minat para generasi milenial tertarik bertani.

Jagongan dengan para petani masih berusia muda ini dihelat, sebab dilatarbelakangi oleh data dari DKPP Bojonegoro, yang menyebutkan jumlah petani berkurang 7.000 orang setiap tahunnya.

“Maka bagaimana meningkatkan strategi ini, kami selaku Badan Usaha Milik Daerah melalui CSR Kami ditugasi untuk mencoba melalui jagongan petani milenial,” kata pria asal Desa Ngraho, Kecamatan Gayam ini.

Direktur PT ADS, Mohammad Kundori.
Direktur PT ADS, Mohammad Kundori (pegang mikrofon) bersama Bupati Bojonegoro Setyo Wahono dan terkait dalam acara Jagongan Petani Milenial di Agrowisata Kebun Belimbing, Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro.

Keynote Speaker, Bupati Setyo Wahono menilai, Jagongan Petani Milenial sebagai momentum luar bisa. Karena saat ini semangat untuk bertani dari kalangan milenial sudah hampir tidak ada. Sementara di sisi orang tua, tidak ada yang mencita-citakan anaknya menjadi petani.

“Para petani milenial ini harus berbangga, sebab yang hadir (di acara) ini mulai dari yang menanam sampai yang membeli ini siapa, dari hulu sampai hilir,” ujar bupati kelahiran Desa Dolokgede, Kecamatan Tambakrejo.

Mas Wahono, begitu ia karib disapa, mengakui bahwa masalah generasi muda yang tidak berminat menjadi petani ia katakan sebagai pekerjaan rumah (PR)-nya saat ini. Semangat bertani dari generasi muda disebutnya sudah tidak ada lagi.

“Oleh karena itu saya memberi ruang kepada petani milenial agar bisa sukses, optimis, dan makmur, bahwa bertani itu juga bisa menjadi kaya,” ungkap Mas Wahono.

Prof. Dr. Ir. Suryo Wiyono, M.Sc., Agr., menyoroti kualitas sumber daya manusia (SDM) dan teknologi, sebagai tantangan di bidang pertanian. Ihwal SDM, perlu generasi baru yang lebih terdidik secara baik tentang pertanian dan bisa menerapkan teknologi, serta adaptif terhadap perubahan apapun. Baik perubahan iklim, perubahan sosial, politik, maupun perubahan ekonomi.

“Jangan sampai pemerintahan ganti lantas jadi bingung, gak usah bingung, termasuk kita juga harus bahas tentang perdagangan internasional, karena perang antara Ukraina melawan Rusia berdampak ke kita,” tutur Akademikus IPB asli Bojonegoro, dari Desa Tinawun, Kecamatan Malo ini.

Untuk memulai bertani, ia paparkan ada empat strategi. Pertama, strategi penerapan teknologi pertanian yang tepat guna dikatakan sebagai hal yang penting. Misalnya teknologi tentang benih, varietas, pemupukan, mikroba, hingga internet.

Apalagi sumber informasi terkait teknologi pertanian kini mudah ditemukan, salah satunya bisa dari YouTube. Tetapi mengenai hal ini harus hati-hati. Sebab tidak selalu benar.

“Ya memang 50 persen ada benarnya ya dari YouTube itu, tapi masih perlu dikonfirmasi,” tegasnya.

Jagongan petani milenial
Dekan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dr. Ir. Suryo Wiyono, M.Sc., Agr., (kiri) dan Pemilik Laskar Buah, Muhadi (memegang mikrofon).(arifin jauhari)

Kemudian, petani juga harus mampu membaca pasar sebagai strategi ke dua. Serta ke tiga, ialah pentingnya membangun jaringan positif Karena penting mempengaruhi akses teknologi, pemasaran, permodalan, dan lainnya.

“Nah strategi ke empat, kalau ini untuk pemerintah ya, diperlukan dukungan kebijakan yang tepat, atas hal ini perlu dirumuskan bersama-sama,” paparnya.

“Dengan adanya Pak Profesor Suryo ini pertanian di Bojonegoro akan semakin maju. Karena dari cara beliau, petani muda bisa merubah cara bertani yang lama,” sambung Muhadi.

Selaku pemilik Laskar Buah, saat ini Muhadi mengaku memiliki 190 otlet yang tersebar hingga ke banyak kabupaten baik di Jawa Timur maupun Jawa Tengah. Sudah lebih 20 tahun ia berkecimpung dalam bisnis buah buahan. Ia katakan siap menampung produk pertanian Bojonegoro, asal memenuhi kualitas sehingga punya daya saing. Misalnya melon dan semangka lokal.

“Kami menyambut baik, tentang jaringan pemasaran, karena kami dari Laskar Buah ingin hal yang sama, karena nanti butuh suplai yang banyak sekali, ini peluang besar, tapi mohon kualitasnya juga ditingkatkan, sehari saja, kami butuh ber ton-ton melon, ini sangat kurang,” jelasnya.

Sementara Plt DKPP, Zaenal Fanani menyatakan, bahwa Bojonegoro saat ini sangat kekurangan petani milenial, maka ia merasa bangga, dengan melihat kehadiran para petani milenial di acara, diyakini masa depan pertanian di Bojonegoro masih cerah.

Merujuk visi dan misi pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dalam 25 tahun ke depan, misi Bojonegoro adalah sentra agroindustri dan energi negeri, sejahtera, berdaya saing dan berkelanjutan.

“Sebab industri minyak suatu hari akan menurun, maka harus dicari sebuah alternatif pengganti industri minyak. Alternatifnya adalah industri pertanian, atau agroindustri, ini adalah cita-cita bersama,” bebernya.(fin)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *