2 SPPG MBG di Kedungadem Bojonegoro Ditutup Sementara, Terbukti Gunakan Air Tak Higienis

Keracunan massal MBG.
Kadinkes Bojonegoro, Ninik Susmiati saat berada di salah satu SPPG Pemasok MBG di Kecamatan Kedungadem.(arifin jauhari)

SuaraBanyuurip.com – Arifin Jauhari

Bojonegoro — Sebanyak dua dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) pemasok Makan Bergizi Gratis (MBG) di Desa Drokilo dan Sideorejo, Kecamatan Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, ditutup sementara. Penutupan dilakukan setelah uji laboratorium penggunaan air pada dua SPPG dinyatakan tidak higienis.

Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten Bojonegoro, Ninik Susmiati mengatakan, Badan Gizi Nasional (BGN) melalui Deputi Pemantauan dan Pengawasan telah datang langsung ke SPPG Desa Drokilo dan Desa Sidorejo, Sabtu, (4/10/2025).

“Kedua dapur tersebut sudah langsung ditutup sementara. Untuk dibuka kembali, harus memperbaiki hal-hal yang kami rekomendasikan,” kata Ninik Susmiati, Senin (6/10/2025) malam.

Nanik mengungkapkan, sumber masalah kasus dugaan keracunan massal yang dialami hampir 600 siswa di Kecamatan Kedungadem tersebut, sebetulnya ada pada air yang dipergunakan oleh dua SPPG itu tidak higienis.

Selain itu, dua SPPG tersebut belum mengantongi Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS).

“Sama, air yang digunakan di dua dapur SPPG itu mengandung bakteri E. Coli, dan cara pencucian ompreng (kuali) dan alat masak kurang bersih,” ujar perempuan yang pernah menjabat sebagai Asisten Daerah (Asda) III.

“Uji sampel makanan aman,” lanjut Ninik.

Penjelasan Ninik ini sekaligus meralat artikel sebelumnya berjudul “Keracunan Massal MBG di Bojonegoro, Dinas Kesehatan Sampaikan Hasil Uji Laboratorium” yang menyatakan sampel MBG mengandung bakteri E. Coli.

Hasil laboratorium uji sampel MBG dari dua SPPG di Kecamatan Kedungadem yang disampaikan Dinas Kesehatan Bojonegoro tersebut sama persis dengan hasil uji laboratorium SPPG di Desa Campurrejo yang menyebabkan tujuh siswa SDN Semanding, mengalami dugaan keracunan pada 24 September 2024 lalu.

“Dari hasil pemeriksaan mikrobiologi di Labkesda sampel makanan dinyatakan aman. Namun kandungan mikrobiologi yang terkandung pada air yang digunakan melebihi batas aman. Sehingga itu dugaan kami yang mungkin menyebabkan mereka diare,” beber Ninik saat menghadiri peringtan Hari Tani Nasional yang dilaksanakan petani sekolah lapang pertanian (SLP) sekitar lapangan minyak Banyu Urip, Blok Cepu di Dusun Sumurpandan, Desa/Kecamatan Gayam, Selasa (30/9/2025).(fin)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait