Rumah Kita Surga Bagi Keluarga

22546

Oleh : Rus Rusman

JIKA Anda ingin hidup penuh bahagia, maka jagalah rumahmu. Rumah ibarat tanaman yang perlu disiram, dipupuk, dan dijaga dari serangan hama agar kelak menjadi pohon yang rimbun dan menyejukkan.

Sebagaimana sabda Allah SWT :

“Ya ayyuhallazina amanu qu anfusakum wa ahlikum naraw wa quduhan nasu wal hijaratu.”

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu ..” (At-Tahrim: 6).

Rumah adalah istana setiap keluarga. Rumah ibarat surga bagi si kecil kita, dan rumah adalah langit dan bumi bagi ayah, ibu, serta anak-anak.

Pepatah barat mengatakan: The home is like a paradise for families. 

Tempat dimana semua menjalani hidup tahap demi tahap, dari kecil hingga dewasa, atau bahkan sampai kapanpun kita membutuhkannya.

Rumah laksana sahabat sejati yang selalu siap menerima keluh kesah dan luapan kegembiraan. Tempat singgah itu pula yang menemani saat kita suka dan duka, tempat kita marah, menangis serta berkeluh kesah kepada Sang Pencipta.

Pendek kata rumah adalah ruang kehidupan, karena itu kita harus mampu menjadikan rumah sebagai benar-benar istana. Bukan saja bagi kita dan keluarga, melainkan juga untuk orang-orang terdekat kita.

Siapapun yang kita sayangi, kakek, nenek, paman bibi, bahkan semua tetangga yang pasti suatu saat memasuki istana itu juga.

Nah, melalui tulisan ini penulis sengaja mengajak para sahabat muslim dan muslimah untuk menggelorakan sifat-sifat Muhammad SAW di lingkungan keluarga masing-masing.

Bukankah setiap saat dalam waktu yang tak terduga bisa saja semua keluarga berkumpul.  Bahkan mungkin tidak kita duga sebelumnya, siapa tahu anak-anak kita yang sudah lama tinggal di rantau, atau keponakan, bahkan kakak adik serta para tetangga di sekitar rumah kita.

Baca Juga :   Menakar Dampak Positif Negatif Industri Migas Blok Cepu

Untuk menyambut kehadiran mereka, dinding rumah kita jangan hanya dicat dengan rupa yang warna-warni saja, tetapi lebih indah dan berkah jika disemprot dengan sifat-sifat terpuji Rasulullah SAW.

Suatu saat Rasulullah SAW berkata: ”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan ahlak yang sholeh.” (HR: Bukhari dalam shahih Bukhari kitab adab).

Untuk melaksanakan tugas itulah Muahammad SAW dibekali dengan sifat-sfat terpuji oleh Allah SWT.

Sifat-sifat dimaksud tercermin dalam perilaku Rasullullah sehari-hari, antara lain:

Fathonah : yang berarti berpikir kritis, tanggap terhadap segala persoalan dan pandai menarik suatu kesimpulan yang tepat.

Amanah / sidik : berpikir obyektif dan adil, tidak pilih kasih dan pandang bulu, bila kebenaran tampak dari siapapun dan dari manapun harus diakui.

Tabliq : mampu menyampaikan informasi secara jelas dan tegas, sehingga tidak menimbulkan dualisme dan kontroversi.

Syajaah: berpikir lugas dan tegas, serta berani mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik dalam suatu lingkungan di mana dia berada.

Amal saleh : perbuatan baik yang dilakukan oleh orang beriman dengan penuh keikhlasan, semata-mata ingin mengharap ridho Allah.

Ruang tamu kita semprot dengan sifat “Sifat Tabliq”, dinding rumah dicat dengan sifat “Sifat Syaja’ah”, halaman rumah diberikan pagar sifat “amal saleh”, suasana rumah perlu dilandasi dengan “sifat amanah”, dan cara kita menyambut tamu pun kita kemas dengan “sifat fatonah”.

Pendek kata pemilik rumah harus mampu meneladani sifat-sifat terpuji itu. Anak-anak yang masih tinggal serumah setiap hari diberikan keteladanan oleh orang tuanya, agar mereka secara langsung dapat menyaksikan bagaimana cara ayah ibu mereka menjalankan kehidupan yang penuh amanah.

Untuk dapat menerapkan nilai-nilai yang diamanahkan oleh agama itu, tentu saja perlu syarat utama, yaitu ilmu. Di rumah anggota keluarga tidak segan-segan untuk belajar melalui bacaan-bacaan yang bermanfaat.

Baca Juga :   Mengenal Konsep “Tragedy of Common” dan Pentingnya Peraturan Tata Kelola Air di Kampung

Seperti halnya ayat pertama yang diterima oleh Rasulullah SAW : “Bacalah!”

Jelas hal itu merupakan cahaya wahyu pertama yang menerangi kalbu yang suci.

Dalam Agama Islam memang sangat dianjurkan kepada umat muslim untuk senantiasa menuntut ilmu (dengan berbagai cara). Membaca adalah salah satu cara untuk memperoleh ilmu. Ilmu adalah sumber pengetahuan, sementara pengetahuan adalah cahaya akal dan hati.

Ilmu yang dimaksud disini adalah segala ilmu yang dapat dimanfaatkan seseorang bagi kemaslahatan agama dan dunianya. Sekaligus bermanfaat pula bagi dirinya.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Tarmudzi diceritakan sebagai berikut: Rasulullah Saw bersabda, “tidak bergeser telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat nanti, sampai ia ditanya tentang empat perkara:

(1) tentang umurnya, untuk apa ia habiskan,

(2) tentang masa mudanya, untuk apa ia gunakan, 

(3) tentang hartanya, dari mana dia peroleh dan kemana ia nafkahkan,

(4) tentang ilmunya apa yang telah ia amalkan darinya. (Muhammad Ali Quthb, 2000).

Menurut Rasulullah SAW, ilmu dan pengamalannya merupakan salah satu aspek yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT, kelak pada saat kita dipanggil oleh-Nya.

Nah, oleh karena itu, sekali lagi, kita mengamalkan semua anjuran Rasulullah SAW dengan cara menerapkan dan mengamalkan ilmu yang kita miliki.Semuanya demi kebaikan keluarga, dan orang-orang di sekitar kita.

“Barang siapa yang meniti suatu jalan untuk menuntut ilmu dan mengamalkannya, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Shahih, HR. Ahmad (V/196). 

Subhanallah.

Semoga bermanfaat.

Tuban, Mei 2021.

Penulis adalah praktisi pendidikan tinggal di Kabupaten Tuban.

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *