SuaraBanyuurip.com -Â
Jakarta – Pergantian operator gas Jambaran, Blok Cepu dari Mobil Cepu Limited (MCL) ke Pertamina EP Cepu sepertinya tidak dapat berlangsung tahun 2012 ini. Pasalnya, dari 12 plant of development (PoD) lapangan migas yang disetujui Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (BP. Migas) sampai Agustus ini tak menyebutkan unitisasi Lapangan Gas Jambaran – Tiung Biru (TBR), Blok Gundih.
Padahal sebelumnya, General Manager Pengembangan Gas Jambaran – TBR, Bob Wikan Haksara mengatakan tinggal menunggu finalisasi perjanjian antara Pertamina EP Cepu – MCL. Diantaranya, tentang unit operator yang akan melakukan pengembangan kedua lapangan tersebut. Pertamina EP Cepu menargetkan finalisasi perjanjian itu selesai pada September mendatang.
Sesuai skema, produksi gas Jambaran – TBR itu nantinya ditargetkan mencapai 315 juta kubik per hari. Gas itu akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pabrik pupuk Petrokimia dan perusahaan gas negara serta usaha kecil di jatim. Pertamina EP Cepu menargetkan sumur gas Jambaran – TBR itu berproduksi pada akhir 2016 mendatang dengan masa produksi 15 tahun.
Sementara itu, suai press rilis BP. Migas, dari 12 PoD pengembangan Migas tersebut diantaranya rencana pengembangan yang disetujui BPMIGAS adalah revisi PoD pertama Lapangan Kepodang dengan operator Petronas Carigali Muriah Ltd dan PoD Lapangan Sapi Phase-2 dengan operator Chevron Indonesia Company. Lapangan Kepodang merupakan bagian dari Blok Muriah. Lapangan gas ini diperkirakan akan mulai onstream pada kuartal kedua 2015 dengan estimasi laju produksi puncak mencapai 116 MMSCFD. Pengembangan lapangan ini diperkirakan akan membutuhkan investasi sebesar US$ 545 juta yang terdiri atas US$ 159,7 juta untuk pemboran dan US$385,3 untuk fasilitas dan konstruksi.
Sedangkan Lapangan Sapi yang dikembangkan oleh Chevron Indonesia Company merupakan bagian dari Blok East Kalimantan. Pengembangan tahap kedua (Phase 2) dari lapangan ini diharapkan bisa onstream tahun ini dengan estimasi laju produksi puncak mencapai 266 BOPD untuk minyak dan kondensat, 7,29 MMSCFD untuk gas, dan 153 MMSCFD untuk LPG. Proyek ini diperkirakan akan membutuhkan investasi sebesar US$ 157,54 juta.
Deputi Perencanaan BPMIGAS, Widhyawan Prawiraatmadja Bp. Migas di Jakarta mengatakan, dari 39 PoD yang diusulkan baru 12 yang disetujui. Estimasi investasi 12 PoD itu mencapai sekitar US$ 830 juta. Proyek-proyek diharapkan bisa mulai berproduksi (onstream) dari tahun 2012 sampai 2014. Diharapkan pada puncak produksinya bisa menghasilkan minyak dan kondensat sebesar 14.000 barel per hari (BOPD) serta gas sebesar 150 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).
“Dari awal tahun 2012 hingga 10 Agustus 2012, BPMIGAS telah menyetujui 12 rencana pengembangan. Kami berharap semua pihak bisa mendukung proyek-proyek ini sehingga bisa segera memberikan kontribusi bagi produksi migas nasional,†ujarnya, Senin (13/8).
Dia menambahkan, saat ini Bp. Migas sudah menerima 39 usulan POD. Dari usulan yang masuk tersebut, 12 usulan sudah disetujui, 5 usulan dikembalikan, dan 22 usulan sedang dalam proses.
“Kami memprioritaskan untuk segera membuat keputusan untuk usulan-usulan yang sedang dalam proses ini,†ujar Widhyawan. (bp.migas/sam/suko)