SuaraBanyuurip.com – Ririn Wedia
Bojonegoro – Suasana duka menyelimuti siswa dan guru SDN Dander I, Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, Sabtu (21/2/2015). Mereka telah kehilangan dua siswa yang ikut menjadi korban kecelakaan maut Bus Sang Engon yang membawa rombongan pengajian di Tol Jangli, Semarang, Jawa Tengah, pada Jumat (20/2/2015) kemarin siang.
Jerit dan isak tangis terdengar dari salah satu sudut ruangan kelas IV. Ruangan itu merupakan tempat almarhum Bima Saputra Lugianto, (10), salah satu korban meninggal, setiap harinya melakukan kegiatan belajar mengajar. Semua siswa terutama siswi perempuan nampak berduka karena kehilangan sesosok teman pendiam namun lucu.
“Maafkan saya ya Bima, kemarin sempat menertawakanmu saat tersedak minum air,” ucap Akmal, salah satu teman Bima, sesenggukan.
Begitu pun 21 siswa lainnya tidak kuat menahan tangis. Karena di mata mereka, Bima adalah teman yang baik, lucu, suka melindungi, meski pendiam. Mereka terlihat larut dalam kesedihan, seakan-akan tidak rela atas kepergian Bima.
“Saya membiarkan mereka menangis, dan menuliskan kesan terakhir saat bersama Bima,” sambung Sudaryono, Wali Kelas IV sambil berkaca-kaca.
Pria yang tinggal di Desa Mojoranu, Kecamatan Dander, ini mengaku, dipamiti oleh Bima sehari sebelum berangkat ke Semarang untuk mengikuti pengajian sekaligus pengobatan alternatif. Namun, siswa yang bercita-cita menjadi Pilot tersebut sempat menyampaikan ketidak inginannya untuk ikut berangkat.
“Hari Rabu Bima sempat pamit, hari Jumat tidak masuk diminta ikut ke Semarang. Bukan untuk mengaji tapi pengobatan, karena dia punya asma, tapi sebenarnya tidak mau,” ujarnya sambil bergetar.
Sambil mengenang kebaikan dan kelucuan Bima, guru yang mengajar sejak 2007 silam itu menceritakan, saat Bima pulang sekolah untuk terakhir kalinya. Nampak tangan Bima menggengamnya erat dan lama sambil mengucapkan salam. Cara ini tak lazim Bima lakukan.
“Dia tersenyum sama saya, dan saya tidak mengira itulah saat-saat terakhir bertemu dengan siswa yang saya anggap anak sendiri,” imbuh Sudaryono.
Tidak hanya Bima, Nanda Adrian (11), siswa kelas V, juga turut meninggal dunia saat bus naas yang ditumpangi bersama 55 orang lainnya mengalami kecelakaan dengan menabrak beton pembatas dan menghantam tebing.
Baik Bima maupun Nanda berangkat bersama nenek mereka. Nenek Bima, Maryati, (50), dan nenek Nanda, Sunisih (51), juga tewas dalam tragedi tol Jangli.
“Kami sangat kehilangan dua siswa kesayangan di sini, semoga diterima di sisi Allah SWT dan keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan,” pungkasnya.(rien)