Wisanggeni Lahir Iringi HUT Semen Indonesia ke-60

HUT SI ke 60

SuaraBanyuurip.com - Ali Imron

Tuban– Diusianya ke-60, PT Semen Indonesia semakin dewasa dengan mengadakan pegelaran wayang kulit dengan lakon “Wisanggeni Lahir” di Perumdin Semen Gresik (SG) Desa Sumurgung, Kecamatan/Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Lakon wayang tersebut dibawakan oleh Ki Dalang Sigid Arianto, S. SN, dengan iringan pengrawit Sanggar Seni Cakraningrat dari Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

“Sebagai BUMN kita tak melupakan kesenian yang digandrungi masyarakat,” ujar Direktur Utama (Dirut) Semen Gresik, Gatot Kustyadji, kepada suarabanyuurip.com, Jumat (20/10/2017) malam.

Wayang kulit merupakan satu dari sekian kesenian yang diminati masyarakat. Dimana setiap unsur gamelannya memiliki falsafah hidup yang luhur. Mulai kenong, jedor, gong, gambang, suling, bonang, maupun kendang.

Diharapkan setiap pesan dari lakon Wisanggeni lahir, menjadikan setiap karyawan SG dan masyarakat lebih menghargai dan ingat pada Sang Penguasa Alam. Sekaligus mewujudkan BUMN yang beroperasi di Desa Sumberarum, Kecamatan Kerek lebih bermanfaat bagi lingkungan sekitar.

Setelah menerima wayang dari Direktur Keuangan SG, Ginarko Isnubroto, Ki Dalang Sigid Arianto langsung memulai kisah Wisanggeni lahir. Bambang Wisanggeni lahir dari pasangan Arjuna dan Dewi Dresanala.

Arjuna dinikahkan dengan Bidadari Dresanala sebagai hadiah, karena berhasil menumpas Raksasa Niwatakawaca yang menginginkan Dewi Supraba dan mengacaukan kahyangan. Batara Guru memberikan syarat kepada Arjuna, salah satunya adalah tidak boleh mendapatkan keturunan dari Dresanala sebab Arjuna adalah manusia biasa.

Arjuna tersinggung dengan peraturan para dewa yang merendahkan derajat kemanusiaan tersebut. Dresanala hamil, dan Arjuna melarikannya ke bumi tanpa diketahui para dewa. Wisanggeni lahir dari perut Dresanala ditemani Anoman di Pertapaan Kendalisada.

Para dewa murka, karena menilai bahwa anak yang lahir tersebut dianggap sebagai anak haram. Anak yang menyalahi kodrat telah lahir ke dunia.

Diperintahkanlah Batara Brahma (ayah Dewi Dresanala) oleh Batara Guru untuk membunuh Wisanggeni, yang tidak lain adalah cucunya sendiri. Tak tega Batara Brahma dengan bisanya (racun) hanya menggigit leher Wisanggeni, dan melemparkannya ke lautan.

“Wisanggeni lalu menjadi buronan paling diburu oleh semesta kahyangan,” beber Sigid.

Semenjak bayi, Wisanggeni diasuh oleh Batara Baruna (Dewa Penguasa Lauatan) dan Hyang Antaboga (Rajanya Ular yang tinggal di dasar bumi. Atas pengasuhannya tersebut, Wisanggeni menjelma menjadi pemuda yang kesaktiannya mengalahkan para dewa. Tidak mempan dari senjata apapun dan tak terkalahkan.

Syahdan, dalam pengembaraannya mencari tahu siapa ayah dan ibu kandungnya. Wisanggeni akhirnya tahu asal muasal dirinya dan alasan mengapa ia menjadi seorang buron.

Dia marah besar, kemudian membuat ontran-ontran di Kahyangan. Sebelas utusan dewa telah moksa ditangannya. Batara Guru pun dibuat kalang kabut, dan tak mampu menghentikannya. Hanya akal budi yang lurus, dan halus dari Wisanggeni sendirilah yang akhirnya membuat ia paham akan perannya di dunia ini.

Kelahiran Wisanggeni dalam jagad pewayangan adalah di luar kehendak dewa. Keberlangsungan hidupnya hanya akan merubah kelancaran sejarah yang akan datang.

“Dialah Bambang Wisanggeni,” jelas Sigid.

Pada kesempatan tersebut, hadir pula Direktur Produksi SG, Joko Sulistyanto, Direktur Komersial SG, Mukhammad Saifudin, segenap jajaran kepala departemen SG, dan seluruh lapisan masyarakat di Kabupaten Tuban. (Aim)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *