SuaraBanyuurip.com – Ririn Wedia
Berkarir di perusahaan Migas tentu menjadikan minat bagi setiap insan, baik laki-laki maupun perempuan. Meski tidaklah mudah karena harus memiliki jam terbang yang mumpuni. Salah satunya di ladang Migas di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, yang menjadi tempat kerja Wulan Purnamawati.
Menjadi wanita karir sekarang ini tentu jadi pilihan sebagian wanita di Indonesia, termasuk di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Tidak jarang dalam satu lingkungan pekerjaan, jumlah pegawai laki-laki lebih banyak dibanding perempuan.
Tak terkecuali di industri minyak dan gas bumi (Migas). Di Kabupaten Bojonegoro misalnya. Daerah yang karib disebut dengan “Bumi Angling Dharma” ini merupakan salah satu daerah penghasil migas terbesar di Indonesia. Tentu saja, banyak yang mengincar pekerjaan tersebut.
Satu diantaranya Wulan Purnamawati. Perempuan berkacamata minus ini mengaku, sudah bekerja di industri migas sejak tahun 2009. Di sebuah perusahaan raksasa yang lebih banyak kaum adam-nya, namun tak menjadikan wanita berdandan cantik ini minder.
“Karena memang waktu itu banyak juga teman perempuan meski tidak satu divisi,” ujar Wulan, begitu karib disapa.
Meski sekarang berpindah tempat di Pertamina EP Cepu (PEPC), Wulan menyampaikan, selalu mendapat dukungan dari rekan-rekan sejawatnya. Hampir selama bekerja, ibu satu anak ini tidak pernah mendapat perlakuan buruk atau pelecehan.
“Alhamdulillah tidak pernah. Sebaliknya rekan kerja laki-laki mendukung saya,” tukasnya.
Terutama ketika dalam masa-masa menjalani kodrat sebagai perempuan, seperti di masa kehamilan, persiapan melahirkan, melahirkan dan setelahnya. Bahkan mereka setia menemani harus menyisihkan waktu pompa asi, atau jalan ke lapangan.
“Saya, waktu itu bisa pompa Asi di masjid, numpang di rumah Kepala Desa, di warung, sampai di mobil, dan rekan kerja laki-laki saya maklum, mereka bahkan mengingatkan saya kalau saya lupa,” lanjutnya.
Selama bekerja, wanita 35 tahun ini bersyukur memiliki rekan kerja yang care. Terlebih, di satu divisi sekarang ini ada empat orang laki-laki, dan dia satu-satunya perempuan di tim tersebut.
“Kalau di lingkungan kerja secara luas, memang laki-laki lebih banyak. Namun begitu, sebagai perempuan, kita harus bisa jaga diri,” tandasnya.
Menjaga diri itu, baik di rumah, di kantor maupun dimana pun berada, maka akan bisa menunjukkan diri sebagai perempuan yang bermartabat dan menghargai diri sendiri. Tentunya orang lain, perempuan dan laki-laki akan menghargai.
Kepedulian terhadap gender, juga ditunjukkan oleh perusahaan tempat Wulan bekerja. Seperti cuti haid, cuti melahirkan, dan semua aturan pro gender yang menyesuaikan peraturan ketenagakerjaan.
Wulan berpesan kepada semua wanita karir di Bojonegoro, agar menjadi perempuan itu selain harus kuat, dilarang sakit, baik sakit jasmani atau rohani, dilarang sakit hati biar bisa selalu cerdas berpikir. Berpikir positif dan bisa selalu berkarya.
“Karena kunci keberhasilan anak-anak kita, generasi emas di masa depan itu terletak di tangan perempuan,” pungkasnya.(rien)