Sematta Coffe, Ruang Menikmati Kopi dengan Semangat Berpuisi

Sematta Coffe tidak sekadar menyajikan kopi, tapi tempat komunitas yang fokus pada kajian puisi.

Suarabanyuurip.com – Joko Kuncoro

Bojonegoro – Sematta Coffe tak sekedar bisnis menyajikan kopi. Sematta menyimpan banyak cerita. Berawal dari sebuah kelompok kecil yang kemudian mengubah diri menjadi tempat ngopi. Kini, Sematta coffe sudah dikenal banyak kalangan terutama mahasiswa.

“Sebelum menjadi warung kopi, Sematta merupakan komunitas yang fokus dengan kajian puisi,” kata salah satu anggota komunitas Sematta Andre Purwanto mengawali cerita.

Sematta bermula dari pertemuan-pertemuan kelompok kecil yang rutin mengkaji puisi setiap seminggu sekali. Atau bisa disebut kelas puisi.

Anggota dalam kelas puisi pun awalnya sangat bersemangat. Bahkan setiap Minggu malam saat berdiskusi para anggota gayeng membicarakan atau membedah puisi. Salah satunya puisi milik Joko Pinurbo.

Namun, semangat para anggota terkadang mengalami naik turun hingga tersisa tiga orang. Yakni Andre, Izul, dan Mas Agus Salim sang mentor setia. Dari sinilah inisiatif membuat warung kopi Sematta muncul.

“Awalnya kami sempat kebingungan untuk membangun Sematta Coffe yang tempatnya strategis,” katanya, Selasa (13/9/2022).

Akhirnya, letak bangunan Sematta Coffe dipilih berada di tengah perumahan Pandawa Land, tepatnya di Desa Pacul Kecamatan/Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Bangunan Sematta Coffe dibangun seunik mungkin tanpa meninggalkan bentuk tradisional.

“Bangunannya sederhana, meski terletak diantara bangunan-bangunan megah berlantai dua di samping kiri dan kanan,” kata Andre sapaan akrabnya.

Konsep bangunan tradisional untuk menjadikan Sematta Coffe mempunyai ciri khas unik dibandingkan dengan tempat ngopi lainnya. Meski sederhana, soal kenyamanan Sematta tidak kalah nyaman dari kafe yang menunya serba mahal.

“Misalnya untuk Ice : Grapt Siquesh, Crime Mocca Coffee, Coffee Susu Gula Aren, dan Green Tea Coklat, untuk Kopi Kothok, Kopi Tubruk Sematta, dan Kopi Buket juga ada makanannya. Untuk harga mulai dari Rp 4 ribu hingga Rp 13 ribu,” jelasnya.

Namun, proses untuk mengembangkan Sematta Coffe terbilang tak mudah. Banyak tantangan di dalamnya, mulai dari sepinya pengunjung hingga air masuk ke dalam ruang tempat ngopi para pelanggan.

“Awal merintis tentu belum banyak yang mengenal Sematta Coffe sehingga pembeli atau pelanggan masih sepi. Awal buka mentok hanya 10 pengunjung,” kata pemuda Asal Desa Glagahan, Kecamatan Sugihwaras, Kabupaten Bojonegoro itu.

Bahkan, pendapatan kotor hanya Rp 70 ribu awal-awal merintis. Kini, Sematta Coffe sudah berkembang baik dari menu hingga perluasan tempat serta tata letak lampu yang unik. Hal ini untuk menarik para pembeli terutama kalangan mahasiswa.

Dia mengatakan, memang awal pertama buka mencari pelanggan sangat sulit. Tapi sekarang sudah berkembang. Setiap harinya ada sekitar 50 pengunjung bahkan bisa lebih.

“Kalau omzet per bulan sampai Rp 3 juta yang dulunya hanya Rp 1,5 juta. Tentu harapannya kedepan Sematta Coffe terus berkembang dan dikenal banyak orang,” katanya.(jk)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *