SuaraBanyuurip.com -Â Joko Kuncoro
Bojonegoro – Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Disperinaker) Bojonegoro, Jawa Timur belum mempersiapkan antisipasi ledakan pengangguran dari proyek gas Jambaran – Tiung Biru (J-TB). Padahal, sebanyak 4.621 tenaga kerja di mega proyek ini didominasi pekerja lokal. Namun, Disperinaker sudah berkoordinasi dengan operator proyek JTB terkait hal ini.
Hal tersebut menyikapi proyek gas JTB yang dikendalikan PT Pertamina EP Cepu ini sesuai target awal akan selesai kuartal II atau Juni 2021 mendatang. Tentu, jika proyek selesai pasti akan terjadi pengurangan tenaga kerja secara besar. Sebab, proyek JTBÂ melibatkan banyak warga lokal Bojonegoro.
Kasi Pelatihan dan Produktifitas Tenaga Kerja Disperinaker Bojonegoro Rochanah mengatakan, belum ada pelatihan bagi eks tenaga kerja (naker) proyek gas Jambaran Tiung Biru (JTB). Sebab, pelatihan dari Disperinaker hanya diberikan khusus untuk pabrik rokok dan petani tembakau.
“Ya, sementara ini hanya dua itu yang diberikan pelatihan. Yakni anggaran dari dana bagi hasil cukai hasil tembakau atau DBHCT. Kalau untuk eks pekerja migas belum ada,” katanya, Kamis (27/5/2021).
Sementara itu, Kasi Hubungan Industrial Rafiudin Fatoni Disperinaker Bojonegoro menjelaskan, sudah melakukan komunikasi dengan operator maupun kontraktor proyek gas JTB, akan tetapi belum maksimal.Â
Fatoni mengatakan, total keseluruhan ada sebanyak 4.621 naker bekerja di proyek gas JTB tepatnya di Desa Bandungrejo, Kecamatan Ngasem itu. Jumlah naker tersebut meliputi keseluruhan yakni baik dari naker skill, non skill, dan un skill.
“Di antaranya 2.473 naker laki-laki dan 1.518 naker perempuan. Namun, rata-rata didominasi naker dari lokal Bojonegoro,” katanya.
Sebelumnya, sejumlah pekerja proyek gas JTBÂ mulai kebingungan akan menjadi pengangguran ketika proyek ini rampung. Mereka belum memiliki rencana akan bekerja di mana.Â
“Kalau dulu setelah proyek minyak Banyu Urip selesai ada proyek Gas JTB. Tapi jika proyek gas JTB ini selesai tidak ada lagi proyek besar yang bisa memperkerjakan kami,” tutur Wahyu Utomo, salah satu pekerja PT Daya Patra, kontraktor lokal yang terlibat di proyek gas JTB.
Sekarang ini, lanjut dia, sejumlah perusahaan yang melaksanakan pekerjaan di proyek Gas JTB telah melakukan pengurangan tenaga kerja karena volumen pekerjaan mulai berkurang.
“Seperti di sini banyak pekerja kena surpluz. Dulu ada 400 an pekerja sekarang tinggal 10 persen,” pungkas Utomo.(jk)