"Misteri Sendang Bangsri" Antarkan Priyono Juara Lomba Karya Tulis

SIMBOLIS : Sekdes Begadon, Priyono, saat mendapatkan penghargaan sebagai juara pertama dalam lomba menulis dari ITS.

Suarabanyuurip.com – Arifin Jauhari

Bojonegoro – Kisah fantasi berjudul “Misteri Sendang Bangsri” mengantarkan Priyono, sang penulis cerita menjadi juara pertama dalam lomba karya tulis yang digelar oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya di Desa Begadon, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.

Pria yang menjabat sebagai Sekretaris Desa (Sekdes) Begadon ring satu ladang minyak Bamyu Urip, Blok Cepu ini mengaku, membutuhkan waktu sehari demi menyelesaikan cerita fiksi yang dia buat.

Penulisan naskah besutannya itu merupakan hasil pelatihan program pengabdian masyarakat dari ITS. Desa Begadon dipilih disebabkan mempunyai Perpusdes (Perpustakaan Desa) yang pernah menyabet juara harapan tingkat provinsi.

Setelah menempuh pelatihan menulis selama satu hari, setiap peserta diberi tugas, dengan diberi waktu penyelesaian selama sepuluh hari. Disertai pengumpulan biodata. Tugas yang diselesaikan para peserta kemudian dikumpulkan dalam satu buku. Dimana judul cerita karangan Priyono yang mendapat peringkat satu kemudian dijadikan judul buku.

“Latar belakang saya memilih Sendang Bangsri, karena tempat itu yang paling dianggap sakral oleh masyarakat Begadon dibanding sendang lainnya,” kata Priyono kepada SuaraBanyuurip.com, Selasa (23/08/2022).

Saking keramatnya, penduduk Begadon tidak ada yang berani memotong pohon sekitar Sendang Bangsri. Lantaran beredar kabar, pernah ada salah satu penduduk menebang pohon di Sendang Bangsri, malam harinya dihantui melalui mimpi.

“Si penebang pohon ini dikejar-kejar hewan mistis diminta mengembalikan kayu yang telah ditebang ke tempat semula” ujarnya.

Sendang Bangsari, dikatakan Priyono, juga dipercaya oleh sebagian masyarakat sebagai tempat lelaku ritual pesugihan. Dilaksanakan oleh si empunya hajat secara sembunyi maupun terang-terangan. Baik orang jauh maupun warga setempat.

Stigma pesugihan yang melekat pada sendang yang airnya masih dimanfaatkan oleh penduduk hingga hari ini itulah yang kemudian menginspirasi buah pikir Priyono. Tak pelak, naskahnya lantas berada paling atas diantara 21 naskah penulis lain sedesanya. Karena menulis sebetulnya bukan hal baru baginya.

“Sebelum ini, dulu saya pernah mengirim naskah berita secara freelance ke sejumlah media. Lumayan sering,” ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Labortorium Sosial Humanoria Departemen Studi Pembangunan ITS, Dr. Kartika Nuswantara, M.Pd., memberikan pujian terhadap kisah yang ditulis Priyono.

Karya Priyono dikatakan merupakan cerita dengan sarat pesan moral untuk tidak dekat-dekat dengan dunia pesugihan, meskipun dikemas dengan cerita fantasi tetapi malah disebut menarik karena dinilai tidak membosankan.

“Alur cerita cukup membuat penasaran, dari klimaks sampai akhirnya anti klimaks mudah diikuti karena tidak terlalu bertele-tele. Penokohan yang dibuat, juga detil dan kuat sehingga alur cerita menjadi jelas,” kata dosen perempuan ini.

Untuk sebuah cerita pendek dengan genre fantasi, Kartika menilai sudah cukup bagus dan menarik. Dari konflik yang dikembangkan alur ceritanya sudah dapat membuat orang penasaran.

“Dan settingnya sudah dapat membuat pembaca masuk dalam cerita itu,” pungkasnya.(fin)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *