Suarabanyuurip.com – Arifin Jauhari
Bojonegoro – Organisasi Non Pemerintah (Ornop) Yayasan Institute Development of Society (IDFoS) Indonesia menggagas program Agrosilvopastoral-Fishery. Yaitu suatu gagasan melestarikan hutan sekaligus meningkatkan akses ekonomi masyarakat sekitar kawasan hutan.
Direktur Yayasan IDFoS Indonesia, Joko Hadi Purnomo mengatakan, program Agrosilvopasroral-Fishery dijalankan dengan memanfaatkan lahan hutan untuk aktivitas pertanian, perikanan, dan peternakan berkelanjutan serta terjadinya perubahan sosial di masyarakat.
“Pola pemanfaatan lahan hutan kritis yaitu dengan cara membagi lahan untuk pemanfaatan kehutanan, pertanian, peternakan, dan perikanan pada embung,” kata Joko Hadi Purnomo kepada SuaraBanyuurip.com, Kamis (15/06/2023).
Dia menjelaskan, pertama, upaya pelestarian hutan dengan cara menanam tanaman kehutanan dan Multi Purposes Tree Species (MPTS). Tanaman kehutanan ditanam sebagai upaya restorasi hutan secara alami atau natural forest.
Tanaman kehutanan yang ditanam seperti pohon Pule, Sono Keling, Beringin. Tanaman ini diharapkan mengembalikan ekosistem yang ramah huni bagi satwa lokal. Tanaman ini diharapkan juga memberikan dampak pada pengurangan emisi karbon.
Sedangkan tanaman MPTS ditanam untuk memperbanyak vegetasi hutan sekaligus untuk diambil manfaat ekonomi. Tanaman MPTS yang ditanam antara lain Pohon kemiri, jambu air citra, petai, alpukat, klengkeng, dan kopi. Tanaman ini diharapkan dapat menghasilkan buah yang bernilai ekonomis sehingga mampu menjadi sumber pendapatan masyarakat sekitar hutan.
Ke dua, pemanfaatan lahan hutan kritis dengan menanam tanaman jangka pendek, seperti pisang dan pepaya. Dua jenis tanaman ini sebagai sumber pendapatan bagi warga yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Ngasem Barokah.
Ke tiga, memanfaatkan lahan kritis hutan untuk aktivitas ekonomi melalui sektor pertanian. Anggota LMDH menanam tanaman hortikultura jenis cabai, terong, dan jagung. Hasilnya diharapkan mampu meningkatkan pendapatan keluarga anggota LMDH.
Ke empat, memanfaatkan lahan kritis hutan untuk sektor peternakan, LMDH melakukan budidaya domba dengan metode fatting dan breeding. Sebanyak 200 ekor domba untuk usaha fatting, dan 59 ekor domba untuk usaha breeding. Usaha ini diharapkan memberikan sumber pendapan bagi Anggota LMDH Ngasem Barokah.
“Selain itu diharapkan mampu memperbaiki kesuburan tanah dengan memanfaatkan limbah domba. Untuk ketersediaan pakan petani menanam 16.000 batang rumput Odot,” jelas Joko.
Di sektor perikanan, petani memanfaatkan embung yang ada di kawasan hutan dengan budidaya ikan nila. Ada 4.000 ekor ikan nila yang ditebar di keramba, dan ada sebanyak 10.000 ekor ikan nila ditebar di embung.
Joko mengungkapkan, bahwa program ini telah berjalan selama satu tahun. Ini aktivitas pada tahap rintisan. Sedangkan pada tahun ke dua sampai ke empat sebagai bentuk penguatan pada budidaya di masing-masing sektor. Baru pada tahun ke lima diharapkan tercapai kemandirian.
“Pasca kemandirian idenya menjadikan agrosilvoopastoral-fishery sebagai agro wisata alam dan edukasi. Untuk mencapai ini perlu dukungan pemerintah terutama untuk peningkatan akses jalan,” ucap alumnus SMA Negeri 2 Bojonegoro 1997 ini.
Diwawancarai terpisah, Administratur Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (ADM KPH) Bojonegoro, Irawan Darwanto Djati menyatakan, bahwa prinsip Agrosilvopasturafishery memang merupakan program untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian hutan dengan memanfaatkan potensi yang ada pada lokasi wilayah tersebut.
Perhutani KPH Bojonegoro memberikan dukungan program ini berupa penggunaan lahan di petak 52. Selain itu juga mendukung program kerja stakeholders baik dari pemerintah daerah maupun pihak swasta lainnya dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan tetap memperhatikan kelestarian Sumber Daya Hutan (SDH).
“Karena hal itu merupakan Visi Perhutani, yakni Planet, People, dan Profit,” ucapnya.(fin)