SuaraBanyuurip.com – Arifin Jauhari
Bojonegoro – Keluhan atas minimnya ketersediaan pupuk subsidi telah menjadi isu bersama dalam bidang pertanian, sehingga petani harus memilih membeli pupuk non subsidi meskipun harganya lebih mahal.
Keadaan ini dialami pula oleh masyarakat pelestari ajaran Samin di Dusun Jepang, Desa Margomulyo, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
Beruntungnya, salah satu lembaga non pemerintah yakni Lestari Muda Indonesia hadir membantu mengurai persoalan dengan memberikan pelatihan pembuatan pupuk organik plus kepada para petani Dusun Jepang.
Penerus ajaran Samin atau Sedulur Sikep generasi ke-4, Bambang Sutrisno mengungkapkan, bahwa kesulitan dalam mendapatkan pupuk bersubsidi disebut sangat berdampak kepada masyarakat di Dusun Jepang, sebab mereka sangat bergantung pada wilayah hutan.
“Petani sekitar wilayah hutan sini sangat kesulitan mendapatkan pupuk, sampai tak jarang harus hutang ke toko dan dibayar saat panen,” ungkapnya.
Masyarakat di Dusun Jepang telah sejak lama memanfaatkan wilayah hutan untuk ditanami jagung sebagai komoditas utama dalam memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Namun mereka mengaku tidak bisa mendapat pupuk bersubsidi.
Musababnya, para petani sekitar kawasan hutan dikatakan lahan pertaniannya tidak masuk dalam RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok) sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian No.10 tahun 2022.
Untuk menghadapi kondisi itu, sebetulnya pada tahun 2010 sempat pernah ada bantuan UPPO (Unit Pengelolaan Pupuk Organik) dengan tujuan bisa menjadi unit usaha jual beli kompos, namun tidak berjalan.
“Karena biayanya terlalu tinggi jika dikolektifkan,” tandas Bambang Soetrisno.
Persoalan ketersediaan pupuk ini ditangkap oleh lembaga pemberdaya masyarakat bernama Lestari Muda Indonesia (LMI) mengadakan pelatihan pembuatan pupuk organik plus kepada petani pelestari ajaran Samin.
Koordinator bidang pertanian LMI, Fandi Ilham menuturkan, bahan baku berupa kotoran hewan dan lainnya masih banyak tersedia di Dusun Jepang. Sehingga sangat mungkin untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan pupuk organik.
“Kita bisa memanfaatkan bahan baku alam yang tersedia itu menjadi solusi alternatif dari kelangkaan pupuk,” ujarnya kepada Suarabanyuurip.com, Senin (25/12/2023).
Dalam pelatihan yang telah dilaksanakan pada Minggu (24/12/2023), turut hadir saat itu tokoh masyarakat Bojonegoro, Teguh Haryono. Pria asli Bojonegoro dari Kecamatan Kepohbaru yang menjabat Staf Ahli Kementerian Pertahanan Republik Indonesia hadir langsung demi memberikan semangat kepada masyarakat.
“Semoga dengan pelatihan ini dapat meringankan beban petani,” harapnya.
Tidak hanya memberikan dorongan semangat, Teguh Haryono juga memberikan kenang-kenangan berupa alat produksi, guna mempermudah dalam proses pembuatan pupuk.(fin)