Bangkit dari Kegagalan, Kartini Sukses Buka Usaha Ledre

ANTUSIAS : Kartini bersama emak-emak pembuat Ledre foto bersama Perangkat Desa Bonorejo dalam suatu kegiatan dengan menunjukkan jajanan Ledrenya.

SuaraBanyuurip.com – Arifin Jauhari

Bojonegoro – Para emak-emak di desa ring satu ladang minyak Banyu Urip, Blok Cepu, kini mulai banyak membuka usaha jajanan rumahan dari sebelumnya usaha katering. Kartini, warga Desa Bonorejo, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, salah satunya.

Produksi jajanan rumahan yang dipilih Kartini agar sukses untuk meningkatkan ekonomi keluarga ialah Ledre. Sebab Ledre merupakan jajanan khas Bojonegoro.

“Sebenarnya usaha bikin jajanan Ledre ini sudah saya lakukan sejak tahun 2006, tapi tidak berlangsung lama, terus saya fakumkan dan beralih usaha katering,” kata Kartini, kepada SuaraBanyuurip.com.

Kartini mengaku, usaha penyedia katering untuk tenaga kerja migas di proyek Banyu Urip dan Gas Jambaran-Tiung Biru (JTB) yang dilakukan kala itu tidak berjalan lancar, karena banyak kendala yang dialami. Sehingga pada tahun 2019 kembali pada usaha lamanya yang difakumkan yaitu, produksi jajanan Ledre.

“Usaha penyedia katering yang saya lakukan kala itu menemui kegagalan. Jadi saya berusaha bangkit lagi dengan melanjutkan usaha lama membuat Ledre sampai sekarang,” ujarnya.

Jajanan Ledre yang diproduksi Kartini siap untuk dijual.

Perempuan santun ini menyampaikan, bahwa di Desa Bonorejo selain dirinya terdapat lima pengrajin ledre. Dari lima pengrajin itu, dia yang menjadi pengepul hasil produksi ledrenya untuk dijual ke pusat oleh-oleh di kota Bojonegoro.

“Dari lima pengrajin itu, hasil produksi Ledrenya disetor ke saya dan Bu Hartijah. Lalu saya kirim langsung ke bos sebagai pembeli, dan ke pusat oleh-oleh yang ada di Bojonegoro,” ujar Bu Kar sapaan akrab Kartini.

Untuk pengiriman Ledre, lanjut Bu Kar, dilakukan tidak setiap hari. Namun seminggu sekali kadang dua minggu sekali, karena menyesuaikan kebutuhan dari pemesan Ledre.

“Kalau di pusat oleh-oleh, kadang seminggu sekali kadang dua minggu sekali kirim. Dangan menggunakan wadah toples plastik, satu toko 30 toples Ledre. Tapi kalau langsung bos, itu satu minggu sekali pengiriman. Sebanyak 100 sampai 150 bungkus Ledre,” katanya.

“Untuk lima toko yang sudah pasti kita kirim terus, Pak. Kalau yang tidak terduga ya banyak yang pesan. Sedangkan untuk harganya bervariasi. Ada yang Rp 25.000 per toples, dan ada yang Rp 10.000 per picis,” lanjutnya.

Jajanan Ledre yang diproduksi Kartini siap untuk dijual.

Perempuan berkulit kuning langsat ini menjalaskan, bahwa berkaitan dengan sertifikat Produk Industri Rumah Tangga (PIRT) dan Nomor Induk Berusaha (NIB) serta Halal sudah dimilikinya.

“Tinggal merk saja yang masih dalam proses,” ucapnya.

Disinggung terkait kendala dan hasil yang diperoleh dari usaha Ledre. Warga desa ring satu Blok Cepu ini mengaku, bahwa kendala dalam usah yang dilakukan ini tentu ada. Salah satunya ialah pemasaran dan kotak buat Ledre. Karena yang saat ini dipunyai baru toples.

“Sementara masih menggunakan toples, karena kalau gunakan kotak harganya lumayan mahal sekali cetak harus 1000 lembar,” imbuhnya.

Sementara terkait dengan hasil sudah bisa dirasakan ketimbang saat berusaha katering. Dalam satu bulan omzet yang didapat dari jualan Ledre sudah mencapai Rp 7 juta belum kepotong modal.

“Berapapun hasil yang saya dapat tak syukuri saja penting tidak rugi. Semoga semakin banyak yang pesan, dan omzet bisa terus bertambah,” pungkasnya.(fin)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *