Mas Teguh Hadir Ngaji Pahingan Bareng Gus Mus, Pesantren Sangat Terbuka dengan Proses Berkebudayaan

Mas Teguh.
Gus Mus ngaji Senin Pahingan, Santri Bar Ngaji Mangan atau yang disingkat Bajingan di Pondok Pesantren Al Itqon Bugen, Semarang, Jawa Tengah.

SuaraBanyuurip.com – Teguh Haryono, Pakar Pertahanan Kebudayaan dari Universitas Pertahanan Indonesia ( UNHAN) hadir mengikuti acara Senin Pahingan, Santri Bar Ngaji Mangan atau yang disingkat Bajingan di Pondok Pesantren Al Itqon Bugen, Semarang, Jawa Tengah. Pria yang akrab disapa Mas Teguh itu hadir bersama tim Daulat Budaya Nusantara.

“Nyaman ya, ngaji dibuka dengan Sholawatan, terus nyanyi Indonesia Raya. Lalu bermusik kontemporer, kemudian puisi teatrikal, lantas klangenan keroncong,” kata Mas Teguh saat memberi kesan pertamanya, seperti dikutip dari keterangan tertulis, Senin (5/2/2024).

Mas Teguh melanjutkan, hal yang dirasa makin berkesan ketika ada sesi melukis yang coretan pertama dikuasakan oleh Ulama Kharismatik Gus Mus. Lukisan itu kemudian dilanjut kuas para pelukis sambil mendengarkan Gus Mus berpuisi penyair Arab dan ditutup dengan makan-makan.

“Ini pengalaman pertama kali saya ngikuti ngaji Santri Bajingan (Bar Ngaji Mangan/ Bakdo Ngaji Makan). Sangat kental budayanya” kagum pria yang maju menjadi calon legislatif (Caleg) DPR RI dari PDI Perjuangan Dapil IX Jatim (Bojonegoro dan Tuban).

Menurut Mas Teguh, pesantren yang selama ini hanya dikenal sebagai tempat belajar agama Islam dan kitab-kitab ulama, ternyata juga menjadi tempat para seniman dan budayawan. Pesantren sangat terbuka dengan proses-proses berkebudayaan masyarakat.

“Di pesantren, agama bersanding dengan budaya budaya luhur masyarakat. Saya melihat kedaulatan budaya nusantara secara utuh diteladankan para Kyai kepada santri santrinya,” tutur Mas Teguh salah satu Pakar Pertahanan Kebudayaan.

Mas Teguh juga mengaku merasakan rasa Welas asih, gotong royong, tepo sliro (toleransi) tampak nyata. Bahkan Kyai Hasyim Asy’ari menulis kitab Adabul A’lim Wal Muta’allim yang membahas adab santri kepada kyai dan adab kyai kepada santrinya.

“Saya melihat Nusantara,” jelas pria yang menjadi inisiator Gerakan Daulat Budaya Nusantara ini.

Diketahui, Ngaji Senin Pahingan di Pondok Pesantren Al Itqon ini diadakan setiap 35 hari mengikuti kalender Jawa. Konsepnya diskusi soal situasi dan kondisi masa kini dengan diselingi penampilan para seniman dan budayawan dan yang mengikuti ngaji ini dijuluki Santri Bajingan alias Bar Ngaji Mangan.

Pengasuh Pondok Pesantren Al Itqon, KH. Ubaidillah Shodaqoh yang sekaligus Ketua PWNU Jawa Tengah berharap meskipun berbeda pilihan, namun jalinan persaudaraan tetap terwujud.

“Mari merajut hati menjalin silaturahmi anak bangsa. Kita semua saudara. Kita sudah menunggulama Romo Kyai Musthofa Bisri, alhamdulillah beliau hadir malam ini ditengah tengah kita,” jelasnya.

“Alhamdulillah, akhirnya setelah 3 tahun saya angan angan, sampai juga di tempat ( Ponpes Al Itqon) yang barokah ini. Saya ingin mengajak kita semua menyadari nikmat Allah SWT,” jelas Gus Mus, Kyai asal Rembang yang banyak menulis sastra.(adv/red)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *