Mensesneg Pratikno Ungkapkan Alasannya Menggagas Kawasan Cepu Raya

Bupati Blora, Jawa Tengah, Arief Rohman (kiri) kala mengantar Mensesneg Pratikno.
Bupati Blora, Jawa Tengah, Arief Rohman (kiri) kala mengantar Mensesneg Pratikno.

SuaraBanyuurip.com – d suko nugroho

Bojonegoro – Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno mengungkapkan alasannya menggagas pembangunan Kawasan Cepu Raya. Menteri kelahiran Desa Dolokgede, Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur ini berharap Kawasan Cepu Raya nantinya menjadi pusat daya simpul kegiatan perekonomian daerah pinggiran beberapa kabupaten di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Mensesneg Pratikno menjelaskan, penggunaan nama Cepu dalam gagasan Cepu Raya karena Cepu sejak zaman Belanda sudah menjadi motor bagi kegiatan ekonomi berkelas dunia. Hal itu ditandai dengan adanya industri minyak, berdirinya lembaga pendidikan yang sangat kuat sampai sekarang bernama Akamigas – dulu STM Migas, bandara, dan bahkan lapangan golf.

“Namun yang jadi pertanyaannya adalah dengan infrastruktur zaman Belanda yang begitu kuat, industri perminyaan, fasilitas yang begitu elit, apa manfaatnya bagi ekonomi masyarakat ? Itu yang selalu jadi pertanyaan,” kata Pratikno saat diwawancarai suarabanyuurip.com.

Masyarakat Bojonegoro khususnya di bagian barat selama ini banyak melakukan aktivitas eknomi di Cepu. Mulai dari belanja, layanan dokter dan rumah sakit, berwirausaha dan kegiatan ekonomi lainnya.

“Artinya, kegiatan ekonomi masyarakat tidak bisa dibatasi dengan batas-batas wilayah pemerintahan,” tegas Pratikno.

Pratikno kemudian memberikan sebuah ilustrasi Desa Dolokgede. Secara administratif, Desa Dolokgede masuk wilayah Kecamatan Tambakrejo, namun dekat dengan Kecamatan Ngambon, Ngasem dan Purwosari. Dolokgede juga merupakan desa yang paling jauh dengan semua ibukota kecamatan, bahkan 18 kilometer dari ibukota Kecamatan Tambakrejo.

“Dari dulu saya ingin memberikan contoh bahwa kegiatan perekonomian, pendidikan, kewirausahaan, olahraga, tourisme tidak harus menyatu dengan ibukota. Dolok ini desa yang jauh dari mana-mana, tapi GOR kita baik dan bagus, lapangan sepakbola kita standart nasional, rumputnya top, ada kolam renang juga standart. Kita jadikan bermacam kegiatan, dimana bukan hanya orang kecamatan, bahkan orang dari mana-mana datang ke sini,” tuturnya.

“Sama saja kalau kita tempatkan Dolokgede ini adalah sebuah desa yang dalam tanda petik ibukota dari beberapa kecamatan, Cepu itu kecamatan yang bisa menjadi ibukota dari beberapa kabupaten sebagai sebuah kegiatan ekonomi tanpa harus menjadi ibukota pemerintahan. Ibukota kegiatan ekonomi, ibukota pelayanan publik, ibukota pendidikan, ibukota kewirausahaan,” lanjut Pratikno.

Pembangunan Cepu Raya sebagai ibukota kawasan pembangunan dan kegiatan ekonomi akan mencakup Kabupaten Blora, Jawa Tengah; Kabupaten Bojonegoro; sebagian Ngawi dan Tuban.

“Cepu, kalau konsep cepu raya sebagai sebuah gagasan, itu bagaimana Cepu menjadi center daya simpul dari kegiatan perekonomian daerah pinggiran Kabupaten Ngawi, pingiran Kabupaten Bojonegoro, pinggiran Kabupaten Blora dan pinggiran Kabupaten Tuban,” tegas Pratikno saat pulang di kampung kelahirannya.

Pratikno menyatakan telah berkomunikasi dengan berapa kabupaten untuk merealiasikan kawasan cepu raya, termasuk mendukungan pembangunan infrastruktur. Seperti Kabupaten Bojonegoro telah membangun jembatan Terusan Bojonegoro – Blora (TBB) yang menghubungkan antara Ngraho dengan Ngloram, pembangunan jalan dari Randublatung ke arah Ngawi melalui program Intruksi Presiden (Inpres). Semua pembangunan itu dilaksanakan tanpa melihat batas-batas kabupaten.

Selain infrastruktur, mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) ini menambahkan, akan ada investasi besar untuk mendukung pembangunan kawasan Cepu Raya. Di antaranya pembangunan pabrik methanol, kereta cepat, dan akses jalan tol untuk memudahkan mobilisasi.

Bupati Blora, Arief Rohman menyampaikan bahwa pihaknya bersama Mensesneg Pratikno sedang menyusun Kawasan Ekonomi Cepu Raya, yang mencakup Blora bagian Timur dan Bojonegoro bagian Barat.

Bupati Arief berharap ada kajian lebih lanjut terkait potensi kawasan Industri di Kabupaten Blora untuk menunjang perekonomian negara dan menyambut Indonesia Emas 2045.

Sejumlah potensi unggalan yang dimiliki Kabupaten Blora diantaranya kayu jati, minyak gas bumi dan potensi pertanian lainnya. Blora mempunyai potensi peternakan Sapi terbesar di Jawa Tengah dan terbesar kedua di Indonesia.

Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri Kementerian Koordinator Perekonomian, Ali Murtopo Simbolon berencana akan membentuk tim kerja yang khusus membahas soal potensi industri di Blora.

Ali Murtopo menyampaikan, ada 10 indikator Indeks Daya Saing Daerah. Antara lain daya dukung ekonomi, kapasitas fiskal, angka harapan hidup, cakupan internet dan produktivitas tenaga kerja.

Selain itu, jumlah menara BTS, jumlah sarana layanan keuangan, jumlah sarana ekonomi, jumlah kawasan ekonomi strategis dan jarak ke pelabuhan.

“Dari 10 indikator tersebut Kabupaten Blora menempati posisi ke 25 dari 35 Kabupaten/kota se Jawa Tengah dengan Indeks 3,21 poin dari nilai 0-10,” ujarnya dikutip dari laman resmi Pemkab Blora.(suko)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar

  1. Sebagai warga Bojonegoro secara pribadi tidak rela jika Pak Wahono nanti terpilih jadi bupati Bojonegoro tapi punya tugas pada konsep Cepu Raya, gak ikhlas, mbok wenehi alasan opo wae ora ikhlas… Bojonegoro butuh maju, laopo ngurusi tonggo.

    Mending alok mengko nyoblos Bu Nurul dan Bu Ana daripada Wahono dadi kacunge cepu….. Mbelllll