Suarabanyuurip.com – Arifin Jauhari
Bandung — PT Pertamina Hulu Energi (PHE) selaku Subholding Upstream Pertamina bersiap melakukan strategi dekarbonisai secara berkelanjutan demi menghadapi era energi transisi.
Corporate Secretary PHE, Arya Dwi Paramita, mengemukakan hal tersebut dalam Media Gathering Pertamina Ekplorasi dan Produksi (EP) Cepu yang dihelat di Bandung, Senin – Rabu, tanggal 2 sampai 5 Juni 2024.
Arya menyadari bahwa dalam industri hulu migas saat ini pihaknya harus bisa menjawab peluang dengan menjalankan green operation sebagai bagian dari green strategy perusahaan.
“PHE mempunyai strategi energi transisi berupa gas transition, decarbonization, serta potential new business carbon capture storage (CCS) dan carbon capture utilization & storage (CCUS),” ujarnya dikutip Suarabanyuurip.com, Kamis (06/06/2024).
Arya menjelaskan, bahwa tantangan yang dihadapi oleh industri hulu migas saat ini adalah ketahanan energi nasional dimana permintaan akan kebutuhan energi fosil diperkirakan akan terus meningkat hingga 2050 walaupun terdapat perubahan komposisi bauran energi.
Adanya peningkatan persentase penggunaan gas sebagai energi fosil yang bersih, menunjukkan bahwa gas sebagai energi transisi berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri.
Untuk menjawab kebutuhan energi transisi itu, Pertamina menjalankan berbagai project untuk mengembangkan gas, salah satunya adalah Jambaran- Tiung Biru (JTB) yang berada di wilayah kerja Zona 12 Regional Indonesia Timur.
Saat ini JTB berhasil mencatat capaian produksi full capacity 192 MMSCFD (juta standar kaki kubik per hari) dengan stabil untuk jangka waktu yang panjang.
Sementara itu Kepala Departemen Komunikasi SKK Migas, Nyimas Fauziah Rikani, turut hadir dalam agenda menjelaskan mengenai perkembangan industri migas terkini.
Dikatakan, industri hulu migas mempunyai peran yang penting sebagai sumber penerimaan negara.
“Kami mempunyai strategi utama untuk mencapai target produksi nasional 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12 milyar standar kaki kubik per hari (BSCFD) pada tahun 2033,” ujar Nyimas Fauziah.(fin)