SuaraBanyuurip.com – Joko Kuncoro
Bojonegoro – Yayasan Daya Tumbuh Indonesia (YDTI) menggelar sosialisasi program pengelolaan sampah di Sekolah Menengah Atas (SMA) Model Terpadu Bojonegoro, Rabu (13/11/2024). Sosialisasi ini bertujuan untuk mengantisipasi terjadinya over kapasitas di tempat pembuangan akhir (TPA) dan merubah perilaku masyarakat untuk mengelola sampah.
Ketua Yayasan Daya Tumbuh Indonesia, Mutohar Hadib mengatakan, pengelolaan sampah harus dimulai dari hulu, yakni sekolah dan rumah. Hal ini karena sekolah dan rumah menjadi salah satu penyumbang sampah yang memerlukan perhatian serius.
“Apalagi TPA di Desa Banjarsari, Kecamatan Trucuk sekitar dua tahun lagi akan over kapasitas, sehingga harus diantisipasi sejak dini,” katanya kepada Suarabanyuurip.com.
Dia mengatakan, melalui program ini diharapkan baik siswa di sekolah maupun ibu rumah tangga bisa memilah sampah, baik sampah organik, non organik hingga sampah residu. Apabila sudah dipilah tentu bisa dikelola dan dimanfaatkan untuk didaur ulang agar menghasilkan ekonomi tambahan.
“Jika sudah dikelola dengan baik, tentu sampah yang dikirim ke TPA Banjarsari tinggal sampah residu yang tidak bisa didaur ulang. Dan ini bisa mengurangi kapasitas sampah yang ada di TPA,” ujarnya.
Kemudian sosialisasi ini melibatkan 50 siswa yang nantinya akan mengawasi orang tua di rumah seberapa banyak sampah yang dihasilkan. Dia mengatakan para siswa nantinya juga akan menghitung dan memilah sampah-sampah dari hasil rumah tangga tersebut.
“Jika ini berhasil tentu akan bisa menjadi contoh dan perubahan perilaku membuang sampah di masyarakat,” imbuhnya.
Pj Sekda Bojonegoro, Djoko Lukito mengatakan, semua kegiatan di masyarakat pasti menciptakan sampah, tentu dari kegiatan ini awal dari perubahan perilaku untuk mengelola sampah.
“Karena sampah ini salah satu penyebab kerusakan lingkungan di bumi sehingga harus diantisipasi,” katanya.
Dia mengatakan, sampah organik jika dikelola nantinya bisa menjadi pupuk yang bermanfaat bagi tanaman, dan untuk sampah non organik bisa dijadikan kerajinan bernilai jual. Kemudian untuk sampah residu yang tidak bisa dikelola ini bisa langsung dikirim ke TPA.
“Artinya dari sini kita harus menjaga lingkungan untuk generasi kedepan,” pungkasnya.(jk)