SuaraBanyuurip.com — Arifin Jauhari
Bojonegoro — Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Cabang Bojonegoro turut bersuara tentang ambrolnya dinding pelindung tebing di Desa Lebaksari dan di Desa Tanggungan, Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Organisasi beranggotakan para ahli teknik ini menyebut kondisi tersebut masuk kategori gagal struktur.
“Ambrolnya pelindung tebing sungai Bengawan Solo di Desa Lebaksari dan Desa Tanggungan, Kecamatan Baureno dapat dikatagorikan kondisi gagal struktur,” kata Ketua PII Cabang Bojonegoro, Ir. Muhammad Mashadi, ST, IPM kepada Suarabanyuurip.com, Selasa (18/02/2025).
Mashadi, begitu ia disapa, mengaku telah melihat langsung kondisi dinding pelindung tebing di Baureno tersebut. Di mana didapati pelindung tebing itu menggunakan CCSP (Corrugated Concrete Sheet Pile) atau dinding penahan tanah yang terbuat dari beton prategang bertulang.
Untuk itu, insinyur sipil ini berpendapat, ada hal -hal yang harus diperhatikan dalam desain atau perencanaan penggunaan CCSP. Diantaranya adalah kedalaman CCSP, dengan pertimbangan kedalaman CCSP harus memotong garis longsor minimal sudutnya 45 derajat.
“Yang terjadi tentunya mempertimbangkan juga perhitungan slidding atau guling tanah serta gaya lateral yang timbul akibat tanah maupun akibat air sungai,” ujar mantan anggota dewan ini.
Dalam gaya lateral ini pun, lanjut dia, perlu dipertimbangkan gaya lateral akibat surut sungai yang timbul sangat besar.
“Kalau saya lihat di lapangan ada beberapa yang perlu dikaji ulang, pertama untuk balok tarik terlalu dekat dengan CCSP,” ungkapnya.
Seharusnya, jarak antara balok tarik dengan CCSP lebih jauh lagi. Dan agar diletakkan di tanah yang lebih stabil, dalam istilah orang desa yang ia gunakan, letaknya berada di tanah waras. Karena bila jaraknya terlalu dekat dimungkinkan pancang balok tarik masih berada di tanah hasil sedimen banjir.
Kemudian, yang ke dua bronjong seharusnya tidak diletakkan disisi belakang CCSP karena dapat menambah beban lateral akibat surut air banjir apabila ketika tinggi air banjir melewati top elevasi CCSP tebing penahan.
Yang ke tiga, adalah tinggi CCSP yang muncul dan tertanam sebagai dinding penahan tebing sungai yang akan mendapatkan gaya yang besar yang timbul, sehingga yang tertanam harus dalam hingga memotong garis longsor.
Pemimpin persatuan para insinyur di kota migas, sebutan lain Kabupaten Bojonegoro itu menilai, untuk perbaikan sebaiknya dilakukan kajian teknis ulang terlebih dahulu, dengan mempertimbangkan beberapa hal yang telah disebutkan.
“Sehingga tidak terjadi hal serupa ketika terjadi banjir dan surut air sungai,” tandasnya.
Untuk diketahui, PII Cabang Bojonegoro mewadahi 76 anggota, terdiri insinyur teknik sipil, pertanian, dan peternakan. Beberapa anggota PII disebut juga menjadi konsultan dan kontraktor besar di Bojonegoro.

Diwartakan sebelumnya, Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air (PU SDA) Kabupaten Bojonegoro, memberikan klarifikasi atas ambruknya pelindung sungai di Kali Lebak, turut Desa Lebaksari, Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
Kepala Dinas PU SDA, Heri Widodo melalui Kepala Bidang (Kabid) Sumber Daya Air (SDA), Iwan Kristian mengatakan, bahwa pekerjaan pelindung tebing Kali Lebak telah selesai 100 persen dan tidak ada masalah. Pekerjaan ini rampung pada akhir Desember 2024 lalu.
“Kemudian pada awal Januari 2025 ada banjir yang cukup besar karena hujan deras ketika itu, banjir saat ini di Bengawan Solo itu kan naiknya cepat, turunnya juga cepat, mengakibatkan beberapa titik sliding (geser),” kata Iwan Kristian kepada Suarabanyuurip.com, Sabtu (08/02/2025) malam.
Terkait kondisi itu, pihaknya telah berupaya melakukan pengendalian. Namun setelah itu, banjir besar kembali terjadi hingga sebanyak tiga kali kejadian.
Pada pengendalian kali ke dua, ia melakukan eksekusi supaya tidak terjadi slide lagi. Ini dapat terlihat dari bekas bronjong yang hilang karena telah diambil, guna mencegah longsor berulang.
Dijelaskan, pada bagian atas titik ambrolnya pelindung, merupakan lahan persawahan yang berada dalam kondisi jenuh air. Ketika Bengawan Solo surut tiba-tiba, pada pelindung tebing terisi air dari bagian atas yang mendorong bangunan.
“Akhirnya terjadi sliding lagi, sudah kita benahi, kita sudah berusaha saat itu, dan kami juga sudah siapkan Excavator, ada 2 unit di situ untuk mengatasi, karena ada masa pemeliharaan selama 1 tahun, jadi masih aman,” jelasnya.(fin)