SuaraBanyuuri.com — Arifin Jauhari
Bojonegoro — Bupati Bojonegoro, Jawa Timur, Setyo Wahono menyatakan komitmennya pada dana abadi minyak dan gas bumi (migas) untuk masa depan yang berkelanjutan. Hal ini mengemuka saat dia didaulat menjadi Keynote Speaker dalam acara yang diselenggarakan oleh Bojonegoro Institute (BI) di Fave Hotel, Rabu (12/03/2025).
Agenda itu berupa Workshop Inisiasi Dana Abadi Daerah, mengusung tema “Mewujudkan Pengelolaan Sumber Daya Migas Yang Berkelanjutan Dan Berkeadilan Untuk Antar Generasi Bojonegoro”. BI menjadi penyelenggara bekerjasama dengan Ford Foundation.
Tujuan dari kalender yang dihelat itu untuk memperkuat kesepahaman dan membangun kolaborasi multi pihak yang efektif untuk mewujudkan pengelolaan pendapatan migas yang berkelanjutan, pro-poor dan berkeadilan untuk lintas generasi Bojonegoro dan membuka ruang partisipasi dan ketertiban multi pihak dalam perumusan inisiasi pembentukan – pengelolaan Dana Abadi Daerah Kabupaten Bojonegoro.
Bupati Setyo Wahono mengatakan, bahwa presentase tingkat kemiskinan di Bojonegoro sebanyak 11,6 persen dengan urutan nomor 7 termiskin di Jawa Timur. Hal ini dia katakan menjadi PR untuk semua pihak.
“Maka dengan adanya minyak ini saya mulai berpikir bagaimana agar minyak dapat di nikmati dan dikelola oleh anak cucu kita di masa mendatang,” kata Mas Bupati, begitu ia karib disapa.
Pada sektor migas, Kabupaten Bojonegoro dapat menopang 25 persen kebutuhan minyak nasional, sehingga DBH Bojonegoro di tahun 2025 sekira Rp2,6 triliun, akan tetapi belum berdampak bagi masyarakat Bojonegoro dengan angka kemiskinan yang masih tinggi.
“Pertumbuhan ekonomi masih di atas 1,7 persen (mengacu data dari BPS,” ujar pria berpenampilan sederhana ini.
Oleh sebab itu, Bupati Wahono mengajak semua pihak harus konsisten betul untuk bisa menabung, mempersiapkan anak-anak generasi masa depan. Ia turut mengucapkan terimakasih apabila ada NGO (Non Government Organization) atau lembaga yang lain dapat membantu pihaknya dalam rangka membangun, merencanakan penggunaan dana bagi hasil (DBH) minyak ini.
“Harapan kami, dengan pemasukan DBH pada tahun ke 5 minimal Rp1,5 triliun, sehingga APBD kami dapat tetap stabil karena tidak dipungkiri PAD Bojonegoro dari DBH minyak,” ungkapnya.
Mas Bupati mengaku, menyadari potensi sumber daya alam Migas Bojonegoro adalah sumber daya yang tidak terbarukan, sehingga perlu menyiapkan strategi jangka panjang untuk mewujudkan keberlanjutan pembangunan Bojonegoro.
“Agar Bojonegoro tidak jatuh miskin, ini komitmen kita bersama,” tandas putra desa dari Dolokgede, Kecamatan Tambakrejo ini.(fin)