Cukupi Ekonomi Keluarga dari Beternak Ayam Petelur Rumahan

Narko peternak ayam petelur.
SUKSES : Narko, warga Desa Kacangan, Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, sedang memberi makan ayam petelur yang diternaknya untuk mencukupi ekonomi keluarga.

SuaraBanyuurip.com – Joko Kuncoro

Bojonegoro – Upaya meningkatkan ekonomi untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga tentu menjadi keinginan semua orang. Tak terkecuali Narko, warga Desa Kacangan, Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Selain bekerja sebagai petani, ia juga menekuni beternak ayam petelur.

Ayam petelur rumahan yang dikembangkan cukup membantu perekonomian keluarga. Sebab dalam sehari bisa menjual sekira 24 kilogram (kg) telur ayam. Apabila dirupiahkan pria yang kesehariannya bekerja serabutan itu, mampu mengantongi uang sebanyak Rp522 ribu per harinya.

Sebelum dikenal sebagai peternak ayam petelur, Narko bekerja serabutan dan menggarap sawah. Setelah beberapa tahun ternak ayam petelur, Pemerintah Desa (Pemdes) Kacangan memberikan bantuan ayam petelur kepada empat warganya untuk dikembangkan.

“Dari empat warga tersebut, saya ditunjuk Pak Lurah (Kades-red) Kacangan ikut mengembangkan. Masing-masing warga mendapat 120 ekor ayam petelur beserta pakannya,” katanya kepada SuaraBanyuurip.com, Kamis (24/4/2025).

Bantuan ayam petelur yang diberikan pada 2021 itu membuatnya tertantang. Karena sama sekali belum tahu cara merawatnya. Namun, ia mengaku berkat motivasi dan sering bertukar pikiran dengan Pak Kades Kacangan, Aziz Gozali yang juga pelaku ternak ayam petelur, bisnis yang ia geluti berhasil berjalan hingga saat ini. Bahkan ayam yang semula hanya 120 ekor kini berkembang menjadi 468 ekor.

“Mulai dari racikan pakan, pemberian vaksin hingga harus sesuai standar prosedur operasional (SOP) agar ayam rutin berproduksi dan tidak gampang sakit. Kami juga dipasrahi untuk membuat kandang sendiri agar memunculkan rasa kepemilikan dan tidak menyepelekan bantuan itu,” kata Narko.

Narko menjelaskan, untuk bisa mengatur kebutuhan ayam, saat mendatangkan ayam baru harus berusia 13 minggu atau belum siap berproduksi. Karena ayam diusia tersebut masih diberikan vaksin, dan keuntungan peternak hanya melanjutkan proses vaksinisasi.

Narko peternak ayam petelur
Narko, warga Desa Kacangan, Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro, menunjukkan telur siap jual dari hasil produksi ayam yang diternaknya. 

“Berbeda dengan saat ambil ayam diusia 16 ke atas, peternak tidak bisa mengatur proses vaksin dan pemberian vitamin,” jelasnya.

Kesulitan Beternak Ayam Petelur

Beternak ayam petelur tentu banyak tantangan serta tidak mudah merawatnya, setiap bulan ayam pasti ada yang mati. Narko mempersentasekan dari populasi ayam minimal 5 persen ayam mati karena penyakit. Misalnya dari populasi 50 ayam, setiap sebulan 5 sampai 10 ayam mati.

Peralihan musim menjadi salah satu penyebab kematian ayam, karena harus beradaptasi dari musim kemarau ke penghujan misalnya. Kebanyakan saat peralihan musim ayam sering terkena flu.

Masalah selanjutnya adalah gurem atau kutu yang berada di bulu ayam, wajib disemprot agar tidak mengganggu ayam. Sebab apabila dibiarkan bisa mengurangi produksi telur.

“Sangat menggangu, yang biasa ayam bertelur sekali sehari berpotensi tidak mengeluarkan telur di hari itu. Kemudian sirkulasi udara juga harus ada, misalnya kandang ayam dipasang kipas angin untuk menjaga sirkulasi,” ujarnya.

Pemberian pakan di awal beternak ayam jenis ini juga menyulitkan dan membutuhkan kesabaran. Karena berdasarkan pengalaman, pakan ayam meracik sendiri untuk bahan bakunya. Seperti bekatul diracik dengan tepung ikan yang hasilnya mengundang lalat saat diberikan ke ayam.

“Produksi telur juga tidak maksimal, misalnya dari warna cangkang pucat serta kuning telur tidak bisa bewarna orange,” jelas Narko.

Namun setelah diberikan pelatihan dari Pemdes Kacangan mendatang Japfa, para peternak diberikan resep cara mengolah pakan ayam. Pakan ayam sat ini terdiri dari campuran konsentrat dari Japfa kemudian bekatul serta jagung giling.

Hasil produksi telur setelah diberikan pakan tersebut cukup maksimal. Dari berat telur, warna cangkang cerah, tebal dan tidak gampang pecah serta kuning telur juga bagus berwarna orange.

“Kalkulasi wajib ada, karena merawat ayam petelur di awal pasti sulit apalagi nol pengalaman. Sharing dan mengikuti pelatihan beternak itu penting agar bisa berkembang kedepan,” ujarnya.

Keuntungan Beternak Ayam Petelur Rumahan

Dalam sehari Narko bisa menjual sekira 24 kilogram (kg) telur ayam. Apabila dirupiahkan pria kesehariannya sebagai petani itu, mampu menghasilkan uang Rp522 ribu per harinya.

“Kalau bersih mendapat uang Rp150 ribu setiap harinya. Itu dari hasil produksi ayam petelur sebanyak 468 ekor,” jelasnya.

Pendapatan penjualan telur juga bisa naik, hal tersebut tergantung harga di pasaran. Lebaran kemarin bisa mencapai Rp27 ribu per kilogram, dan harga tersebut bisa bertahan beberapa hari.

“Untuk keuntungan bisa langsung dikalikan saja, Rp27 ribu dikali 24 kilogram dari hasil produksi ayam 468 ekor,” ucapnya.

Namun saat awal merintis ayam petelur dari 120 ekor, produksi telur hanya 6 kg ampai 7 kg per hari. Artinya keuntungan juga sedikit, belum dikurangi biaya perawatan, membeli ayam baru dan pakan.

“Dengan perkembangan ayam yang sebanyak ini tentu saya bersyukur,” ungkapnya.

Dia berharap ayam petelur rumahan miliknya ini bisa berkembang. Karena meski memiliki kandang yang berukuran 3×50 meter bisa menampung hampir 500 ayam dan dapat membantu ekonomi keluarga.

“Cukup membantu perekonomian keluarga, apalagi beternak ayam petelur bisa ditinggal bekerja lainnya,” pungkasnya.(jk)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait