SuaraBanyuurip.com — Arifin Jauhari
Bojonegoro — Kasus dugaan keracunan massal program makanan bergizi gratis (MBG) di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, meluas. Ada tiga sekolah di wilayah Kecamatan Kedungadem yang siswanya mengalami gejala keracunan usai menyantap MBG dari dua dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) berbeda.
Ketiga sekolah tersebut SMA N 1 Kedungadem, Mts Plis Nabawi Kedungadem dan SDN Tumbrasanom. Dugaan keracunan massal MBG terjadi selama dua hari, Rabu dan Kamis (1–2/10/2025). Total siswa mengalami gejala keracunan mencapai ratusan.
Rinciannya, SMA N 1 Kedungadem sebanyak 123 siswa. 50 siswa sebelumnya dirawat di Unit Kesehatan Sekolah (UKS), 22 siswa dibawa ke Puskesmas Kedungadem, Rabu (1/10/2025), dan 61 siswa hari ini, Kamis (2/10/2025), tidak masuk sekolah.
Kemudian MTs Plus Nabawi Kedungadem sebanyak lima siswa. Mereka mengalami gejala keracunan setelah mengkonsumsi menu program MBG pada pagi tadi, Kamis (2/10/2025).
Sekolah lainnya, SDN Trumbasanom. Jumlah siswa mengalami gejala keracunan sebanyak 4 siswa usa menyantap MBG, Kamis (2/9/2025). Para siswa di tiga sekolah tersebut mengalami gejala keracunan yang sama. Seperti mual, pusing, sakit perut dan diare.
Keracunan massal MBG yang menimpa ratusan siswa di tiga sekolah tersebut berasal dari menu makanan yang disajikan oleh dua SPPG berbeda. Yakni SMA N 1 dipasok dari SPPG Sideorejo, serta SDN Tumbrasanom dipasok dari SPPG Drokilo.
“Ke lima siswa kami merasakan lemas, mual, dan sakit perut, sehingga dirawat di Puskesmas Kedungadem,” kata tenaga pendidik di MTs Plus Nabawi Kedungadem yang enggan menyebutkan namanya.
Ia mengungkapkan, lima siswa MTs Plus Nabawi yang mengalami gejala keracunan setelah mengkonsumsi menu program MBG pada Kamis (2/10/2025) pagi. Menu MBG per porsinya terdiri nasi putih, tumisan buncis, orek tempe, sekotak susu, sebuah pisang, dan telur puyuh rebus.
Menu MBG tersebut sama yang disajikan untuk SDN Tumbrasanom.
“Yang saya tahu, SPPG pemasok MBG untuk SDN Tumbrasanom itu ada di Desa Sidorejo, Kecamatan Kedungadem, Bojonegoro, tetapi saya tidak tahu siapa pemiliknya,” beber Kades Tumbrasanom, Juminto, dihubungi perihal kejadian menimpa warga desanya itu secara terpisah.

Sedangkan para siswa SMAN 1 Kedungadem dilaporkan menyantap MBG pada, Rabu (1/10/2025) siang. Pemasoknya dari SPPG di Desa Sidorejo, Kecamatan Kedungadem.
Sejumlah siswa mengeluh sakit perut, mual, hingga diare setelah mengonsumsi makanan tersebut. Bahkan, puluhan di antaranya harus mendapatkan perawatan kesehatan di puskesmas setempat karena kondisi yang sempat memburuk.
Kepala SMAN 1 Kedungadem, Mas Edy Masrur, membenarkan ada sebanyak 50 siswa sebelumnya dirawat di Unit Kesehatan Sekolah (UKS), dan 22 siswa dibawa ke Puskesmas Kedungadem untuk mendapatkan penanganan medis lebih lanjut. Selain itu ada 61 siswa dilaporkan tidak masuk sekolah pada hari kejadian.
“Total ada 123 siswa diduga menjadi korban keracunan program MBG. Ada 61 anak yang hari ini tidak masuk sekolah, namun yang tidak masuk sekolah ini belum bisa dipastikan apakah karena diduga keracunan MBG atau sebab lain,” terangnya.
Sebelumnya para siswanya mendapatkan makanan menu MBG berupa nasi kuning, ayam suwir, acar timun dan wortel, tumis tempe dan buah jeruk.
“Program MBG di sekolah kami baru berjalan tiga kali, dengan penyaluran dari SPPG Sidorejo. Jadi masih baru, sementara untuk hari ini dihentikan, sesuai dengan instruksi ibu Wabup,” jelasnya.
Kondisi terkini, seluruh siswa yang terduga keracunan MBG sudah mendapatkan pelayanan kesehatan. Sebagian siswa yang kondisinya membaik sudah diperbolehkan pulang.
“Alhamdulillah kondisi siswa sudah banyak yang membaik, dan yang membaik sudah diizinkan pulang,” tandasnya.
Wakil Bupati (Wabup) Bojonegoro, Nurul Azizah atas perintah Bupati Setyo Wahono telah mengecek langsung ke lokasi di Kedungadem setelah mendapatkan informasi dari masyarakat terkait dugaan keracunan MBG.
“Hari ini di SMAN 1 Kedungadem diperiksa di UKS 40 anak, diperiksa di puskesmas 22 anak, dan 61 anak tidak masuk sekolah, memang diduga ini kasus makan dari MBG,” kata Nurul Azizah dalam wawancara cegat.
Nurul menegaskan, makanan MBG yang dibagikan masih akan diteliti kandungannya untuk memastikan penyebab dugaan keracunan para siswa, Termasuk menunya.
Ditanya perihal kebijakan pengawsan ke depan terkait Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang melayani kebutuhan MBG, Nurul mengaku telah mendapat perintah bupati, yakni ketika ada kendala atau hambatan yang berpotensi menimbulkan masalah kesehatan, agar MBG tidak dibagikan.
“Dan rekomendasinya adalah lebih baik (SPPGnya) ditutup,” tandasnya didampingi Kepala Dinas Kesehatan, Ninik Susmiati.(fin)