Civitas Akademika Sebut Perlu Penguatan Literasi Kualitas BBM Pertamina

Literasi kualitas energi
LITERASI KUALITAS ENERGI : Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo (kanan) saat melakukan kunjungan langsung di satu SPBU.(ist/rigen)

SuaraBanyuurip.com — Arifin Jauhari

Bojonegoro — Kalangan civitas akademika turut bersuara pascapolemik pengisian bahan bakar produk Pertamina Patra Niaga. Meski sudah mereda, kesadaran masyarakat tentang kualitas bahan bakar minyak (BBM) Pertamina dinilai penting. Sehingga perlu adanya penguatan literasi energi nasional.

‎Ketua Badan Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam (BADKO HMI) Jawa Timur, M. Yusfan Firdiaus, menyatakan dukungannya terhadap penguatan literasi energi nasional. Ia menegaskan pentingnya kesadaran masyarakat dalam memahami kualitas energi, khususnya produk bahan bakar yang disalurkan oleh Pertamina Patra Niaga.

‎Di tengah disrupsi energi dan meningkatnya kebutuhan bahan bakar nasional, kata Yusfan, literasi energi harus menjadi bagian dari pendidikan publik. Sebab ia menganggap, tidak bisa berbicara tentang kedaulatan energi tanpa kesadaran rakyat terhadap kualitas dan proses distribusi bahan bakar yang mereka gunakan.

‎”Masyarakat perlu memahami, mengawasi, sekaligus mendukung langkah-langkah perbaikan yang dilakukan Pertamina Patra Niaga sebagai pelaksana distribusi energi nasional,” katanya dalam surat elektronik resmi kepada Suarabanyuurup.com, Senin (10/11/2025).

‎Dalam beberapa bulan terakhir, Pertamina Patra Niaga diketahui telah melakukan investigasi internal menyeluruh guna memastikan kualitas bahan bakar minyak (BBM) di seluruh jaringan SPBU. Yusfan menilai, langkah tersebut merupakan bentuk nyata tanggung jawab korporasi terhadap masyarakat dan lingkungan.

‎“Kualitas layanan energi adalah persoalan moral publik. Ketika Pertamina Patra Niaga terbuka terhadap keluhan konsumen dan memperbaiki sistem distribusi secara transparan, itu menandakan adanya semangat baru dalam tata kelola energi nasional,” ujarnya.

‎Untuk itu, pihaknya mendukung inisiatif Pertamina Patra Niaga dalam edukasi bioetanol sebagai energi ramah lingkungan sekaligus bagian dari transisi menuju energi berkelanjutan. Yusfan menegaskan, isu bioetanol bukan sekadar persoalan teknis, tetapi juga komitmen moral bangsa terhadap keberlanjutan generasi mendatang.

‎“HMI mendorong masyarakat, kampus, dan pemerintah daerah untuk terlibat aktif dalam literasi energi. Bioetanol dan energi hijau adalah masa depan, tetapi masa depan itu hanya dapat dicapai jika masyarakat memahami prosesnya, bukan hanya hasil akhirnya,” tegasnya.

‎Yusfan mengapresiasi pula fokus Pertamina Patra Niaga pada kepuasan konsumen, layanan prima, dan transparansi publik, sebagaimana tertuang dalam komitmen perusahaan di bidang niaga energi nasional.

‎“Kita membutuhkan budaya pengawasan partisipatif. Publik yang cerdas akan menjadi mitra terbaik bagi korporasi nasional seperti Pertamina Patra Niaga dalam menjaga kualitas, akuntabilitas, dan keadilan energi,” tandasnya.

‎Dikonfirmasi secara terpisah, Pertamina Patra Niaga berkomitmen untuk terus mendukung kebijakan pemerintah dalam menurunkan emisi karbon sesuai target Net Zero Emission 2060, dengan menghadirkan BBM yang memiliki kandungan etanol yaitu Pertamax Green 95.

‎Pertamax Green 95 dengan kandungan 5 persen Bioetanol (E5) sudah 2 tahun dipasarkan oleh Pertamina Patra Niaga dan menggunakan bahan baku lokal sebagai prioritas utama dengan memanfaatkan tetes tebu (molase) yang dijadikan bioetanol fuel grade dari pemasok atau supplier lokal di Mojokerto-Jawa Timur.

‎Pj. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Roberth MV Dumatubun menjelaskan, bahwa Pertamax Green 95 merupakan campuran dari bahan bakar fossil (Gasoline) dengan bahan bakar nabati (Etanol) yang berasal dari tanaman tebu dengan memprioritaskan bahan baku lokal, untuk memperkuat nilai tambah bagi sektor agro-industri dan petani tebu Indonesia.

‎“Produk ini diolah dengan penambahan nabati etanol sehingga mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan membuatnya lebih ramah bagi lingkungan,” terang Roberth, sapaan akrabnya.

‎Roberth menambahkan, penjualan Pertamax Green 95 terus tumbuh dan saat ini sudah mencapai 170 SPBU di Pulau Jawa yang memasarkan produk tersebut (Wilayah Jabode, Tangsel, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur).

‎Masyarakat kini bisa semakin mudah menemukan Pertamax Green 95, baik di SPBU di kota maupun daerah. Bahan bakar ini menghadirkan keseimbangan antara performa kendaraan dan kepedulian pada lingkungan.

‎”Ini sebuah langkah yang jika dilakukan bersama dan dapat membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih hijau,” tandas Roberth.(fin)

Pos terkait