Belum Ada Solusi Menanjaknya Harga Cabai

Cabai mahal

SuaraBanyuurip.com - Ali Imron

Tuban – Memasuki pekan ketiga bulan Februari 2017, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim belum memberikan solusi terkait pengontrolan harga cabai rawit yang kian menanjak. Saat ini harga cabai rawit di pasar tradisional Tuban naik menjadi Rp 125 ribu per kilo gram (Kg), dari harga sebelumnya Rp 120 ribu per Kg.

“Setelah konsultasi dengan Pemprov beberapa waktu lalu ternyata belum ada solusi,” ujar Kabid Perdagangan Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Tuban, Bhismo Setya Adji, kepadasuarabanyuurip.com, Kamis (16/2/2017).

Menyikapi hal demikian, pria humanis ini belum dapat melakukan pengontrolan harga. Penyebabnya cabai bukan masuk komoditas Sembako, melainkan Holtikultura. Ditegaskan apabila yang naik beras atau tepung terigu, pasti langsung dilakukan Inspeksi Mendadak (Sidak) ke sejumlah titik.

Naiknya harga cabai rawit saat ini, juga dipengaruhi oleh cuaca buruk. Tingginya curah hujan di bulan ini menyebabkan banyak petani gagal panen. Cabai tidak dapat disimpan lama-lama karena kelembapan udara tinggi.

“Faktor cuaca tentu menjadi penyebab utama terjadinya gagal panen,” imbuh pria yang dulu bertugas di Dinas Lingkungan Hidup (LH) Tuban.

Biasanya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban mengandalkan cabai rawit dari Kecamatan Grabagan, Jenu, Tambakboyo, dan Bancar. Saat ini keempat titik tersebut produksi cabainya kurang maksimal. Hasilnya ketersediaan cabai dengan kebutuhan tidak berimbang.

Sesuai hasil komunikasi dengan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Tuban, Murtadji. Salah satu upaya mencegah terjadi tingginya harga cabai yakni dengan memulai menanam. Sesuai kebutuhan setiap orang wajib menanam cabai di sekitar rumahnya.

“Per orang minimal lima batang cabai,” jelasnya.

Apabila hal ini dilakukan, dipastikan tahun berikutnya tidak bakal terjadi lonjakan cabai yang kini juga menjadi isu Nasional. Disinggung apakah Pemkab akan mendatangkan cabai dari daerah lain, hal itu tidak mungkin.

“Semua kabupaten/kota di Jatim hampir mengalami hal serupa,” pungkasnya. (Aim)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *