Petani Cabai Tuban Gagal Panen

Petani cabai tuban

SuaraBanyuurip.com – Ali Imron

Tuban- Petani cabai di Desa Pucangan, Kecamatan Montong, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, harus menelan pil pahit karena belasan ribu tanaman cabenya gagal panen. Pemicu utamanya karena serangan virus kuning disaat cuaca ekstrem peralihan kemarau ke penghujan.

“Tak satupun tanaman cabai yang bisa dipanen,” ujar petani cabai merah besar, Suharso, kepada suarabanyuurip.com, Senin (7/1/2019).

Pria berkulit sawo matang itu, menanam 18.000 bibit cabai di lahan seluas 1,5 hektare. Menjelang masa panen, cabai membusuk dan daunnya menguning. Parahnya beberapa tanaman sudah mati.

Cabai yang warnanya masih hijau juga rontok ketika disentuh. Saat dilihat dalamnya, sudah ada ulat/belatung yang merupakan telur dari lalat buah. Adapun kerugian untuk musim tanam ini diprakirakan tembus Rp40 juta.

“Sudah saya beri perangkap kuning dan pestisida tapi tidak efektif,” bebernya sambil mengusap keringat di dahinya.

Fenomena gagal panennya petani cabai langsung direspon Pengamat Hama Penyakit (PHP) UPT Proteksi Tanaman Pangan dan Holtikultura Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Tuban, Sunarto.

Virus kuning merupakan wabah nasional. Hal yang paling menonjol dari virus ini yaitu daunnya menguning, buah dan bunganya rontok. Dalam satu hektar minimal ada 40 titik perangkap.

Jauh-jauh hari sebelum masa tanam, sebenarnya instansinya sudah menyarankan untuk memasang perangkap dan dipadukan dengan pemberian pestisida. Kendati demikian, beberapa petani masih menggunakan kearifan lokal untuk menangkal virus.

“Pemasangan perangkap lalat harus sebelum berbuah,” sambung pria ramah ini.

Catatannya tak hanya Kecamatan Montong yang terserang virus kuning, tapi juga di Bancar, Grabagan, Semanding, Tambakboyo, dan juga Singgahan. Virus ini sudah menjadi wabah nasional.

Cara mudah menanggulanginya yaitu dengan cara sistem tanam tumpang sari. Misalnya di sekitar tanaman cabai juga ditanami jagung atau lainnya. Disamping itu, juga memilih bibit dengan varietas unggul.

“Kalau cabai rawit masih umur 30 hari seharusnya dicabut supaya tak menular,” pungkasnya.(aim)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *