Budidaya Benih Cabai di Sekitar Migas Sukowati

19651

SuaraBanyuurip.com - Ririn Wedia

Bojonegoro – Cabai menjadi salah satu komoditas utama warga Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Harga di pasaran beberapa waktu lalu relative tinggi karena stoknya langka.

Hal itulah yang membuat banyak petani menanam cabai. Tanaman tersebut umumnya ditanam sebagai tanaman sela sambil menunggu masa panen padi.

Tingginya minat petani menanam cabai menjadi peluang usaha bagi Siti Nurhasanah (40), warga Desa Ngampel, Kecamatan Kapas.

Warga ring satu Lapangan Migas Sukowati itu membuat persemaian benih cabai dengan memanfaatkan lahan pekarangannya. Budiaya telah dilakukan sejak tahun 2014 silam, dan terus berkembang hingga memiliki pelanggan dari berbagai daerah.

“Tidak hanya di Bojonegoro yang beli, tapi juga Kediri, Purwodadi, dan daerah lainnya,” ujar ibu satu anak itu kepada suarabanyuurip.com, Minggu (1/3/2020).

Siti mengungkapkan, usaha persemaian ini berawal dari tingginya minat petani di desanya untuk menaman cabai setiap tahun. Sementara banyak dari mereka tidak sempat membuat bedheng (demplot) sendiri dan memilih membeli benih siap tanam.

“Saya juga begitu, awalnya beli benih siap tanam. Tapi karena sering kesulitan dan harganya mahal, lalu mencoba sendiri dan akhirnya berhasil,” tuturnya.

Saat musim tanam cabai tiba pembeli benih siap tanam selalu meningkat tajam. Siti mengaku bisa menjual hingga 25 ribu batang, atau 60 an kotak dalam masa tanam. Satu kotak berisi 400 batang benih siap tanam dengan harga bervariasi. Sementara harga per batang, ada yang Rp350 cabe besar, kalau yang cabe kecil Rp250.

“Harga julanya macam-macam. Itu tidak mesti setiap hari atau bulan. Bisa jadi ya tiga bulan sekali,” imbuhnya.

“Pembelian dari luar daerah bisa diantar jika jumlah yang dibutuhkan banyak,” lanjut Siti.

Di demplot persemaian milik Siti ada beberapa jenis varietas cabai yang dibudidayakan. Sementara benih cabai siap tanam jika telah berusia 21 hari, baru bisa dijual.

“Alhamdulilah, labanya cukup,” ujarnya tanpa menyebutkan nominal.

Lamidin, seorang petani setempat mengungkapkan, sejak ada persemaian yang menyediakan benih siap tanam, dirinya lebih memilih membeli daripada membuat benih sendiri.

“Bisa langsung tanam di sawah, tidak usah susah susah cari penjual benih dari luar kota,” pungkasnya.(rien)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *