SuaraBanyuurip.com -Â Ahmad Sampurno
Bojonegoro – Puluhan warga Desa Ngraho, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, yang mengatasnamakan Forum Masyarakat Ngraho Bersatu (Rumangsa) beramai-ramai mendatangi balai desa setempat, Senin (9/11/2020). Kedatangan mereka untuk memprotes hasil pengisian perangkat desa yang ditengarai ada kecurangan.
Warga datang sambil membentangkan spanduk dengan berbagai tulisan berisikan tuntutan. Mereka juga lantang menyuarakan mosi tidak percaya terhadap Kepala Desa Ngraho.
Massa menyampaikan bahwa kepala desa telah melakukan kebohongan. Warga menduga jika tim pengisian perangkat desa diperalat oleh kades. Proses pengisian perangkat desa seolah-olah berjalan dengan baik. Namun dibalik itu, ada permainan kotor.
Bahkan ada dugaan jika jabatan perangkat desa dibandrol harga Rp300 juta. Disamping itu ditengarai terjadi kecurangan lain dalam proses pengisian lowongan perangkat desa.
Ketua Rumangsa, M Ghozali menyampaikan isi tuntutan warga dalam orasinya. Yakni meminta Kepala Desa Ngraho, tidak melantik dan membatalkan proses pengisian lowongan jabatan perangkat desa dan mengulang proses dari awal.
Kemudian, meminta kepada Camat Gayam agar menolak memberikan rekomendasi dan mememerintahkan kepala desa untuk mengulang proses pengisian lowongan jabatan perangkat desa dari awal.
Tuntutan lainnya, mendesak kepada Polres Bojonegoro untuk mengusut tuntas dugaan jual beli jabatan yang diduga dilakukan oleh kepala desa pada proses pengisian lowongan perangkat desa.
“Apabila tuntutan kami tidak dikabulkan atau diabaikan oleh para pihak terkait, maka kami akan menduduki balai desa serta memboikot segala kebijakan yang ditetapkan kades sampai dipenuhinya tuntutan kami,” tegasnya.
Sementara, saat menemui massa pendemo, Kepala Desa Ngraho, Mukhsin, tetap bersikukuh jika pelaksanaan pengisian perangkat desa bersih dan transparan.
Namun ketika massa menanyakan tentang permintaan uang Rp300 juta kepada calon peserta, Muksin kelabakan. Terjadi adu argumentasi antara warga dengan kepala desa. Kades sempat mengelak, namun akhirnya mengakui di hadapan massa.
“Itu dulu,” katanya disambut sorakan massa.
Bahkan dalam penyataaannya muncul statemen jika para peserta dipersilakan mencari terobosan bocoran soal.
“Cari bocoran sendiri-sendiri kalau bisa,” tandasnya.
Situasi makin memanas dan massa tiidak menghiraukannya. Kepala desa akhirnya menutup pembicaraan dan meninggalkan massa.
Tidak berhenti sampai disitu. Massa meminta agar Tim Pengisian Perangkat juga dimintai klarifikasi. Bahkan diajak bersumpah jika tidak menerima apapun dan tidak ada kecuruangan. Dengan taruhan terburuk jika terbukti ada kecurungan.(ams)