Suarabanyuurip.com – Arifin Jauhari
Bojonegoro – Terhitung sudah delapan tahun, Endang merasakan manfaat biogas untuk keperluan dapur. Hal itu jika dihitung sejak Operator Lapangan Minyak dan Gas Bumi (Migas) Banyu Urip, Blok Cepu, ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) mengembangkan program olahan limbah ternak menjadi sumber energi alternatif pada 2013 silam.
Perempuan yang tinggal di RT 26/05, Dusun Sumurpandan, Desa Gayam, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, ini dulunya mengelola sendiri usaha catering. Sehingga saat masih mengelola secara langsung, adanya biogas sangat membuat usaha rintisannya terbantu.
“Sekarang saya limpahkan usaha catering untuk dikelola adik saya, karena sudah ada kesibukan lain. Meski begitu, saya masih manfaatkan biogas sampai hari ini untuk keperluan memasak sendiri setiap hari,” katanya kepada SuaraBanyuurip.com, Senin (15/08/2022).
Ibu satu anak ini menambahkan, selain biogas, pihaknya juga mendapat manfaat sebagai pelanggan gas bumi dari PGN (Perusahaan Gas Negara). Walaupun secara pemakaian, biogas yang lebih banyak dimanfaatkan.
Hal ini dikatakan, karena kelompok pengelola limbah sapi masih eksis di Gayam hingga hari ini. Dimana terdapat 126 reaktor masih tetap dipergunakan untuk menghasilkan ketersediaan energi ramah lingkungan terbarukan tersebut.
Selain berupa biogas, limbah biogas atau bio-slurry pun disebut masih diolah oleh warga Sumurpandan menjadi pupuk, baik cair maupun yang padat hingga sekarang.
Manajemen EMCL bersama Kepala Desa Gayam, Winto, saat mengunjungi sekaligus tanam pohon di rumah Bu Endang pada bulan Juli 2022.
Disinggung perihal apa rahasia kegiatan pengolahan kotoran sapi menjadi biogas dan pupuk alami tersebut berlangsung sampai delapan tahun berjalan. Endang menegaskan bahwa perawatan reaktor dan seluruh instalasinya harus terjaga dengan baik.
“Kuncinya di perawatan, kalau ada kerusakan ya diperbaiki. Kebetulan di kelompok kami tukangnya bisa membuat dan memperbaiki reaktor. Salah satunya suami saya sendiri,” ucapnya.
Terpisah, External Affairs Manager EMCL, Ichwan Arifin Menuturkan, manfaat biogas yang dirasakan Bu Endang merupakan bagian dari program pengembangan biogas yang dilaksanakan EMCL sejak 2013.
Hingga hari ini, EMCL telah membangun tidak kurang dari 323 unit instalasi biogas di 15 desa dari 10 kecamatan di Kabupaten Bojonegoro dan Tuban. Keberadaan biogas, selain upaya pengembangan energi terbarukan yang ramah lingkungan, juga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat.
“Program biogas merupakan salah satu kontribusi EMCL dalam mendorong terwujudnya kesejahteraan masyarakat di wilayah operasi Lapangan Banyu Urip, melalui Program Pengembangan Masyarakat (PPM) di sektor pengembangan ekonomi,” tutur Ichwan Arifin.
Menurut Ichwan, program ini sejalan dengan prioritas Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro. SKK Migas dan EMCL telah berkoordinasi dengan Pemkab Bojonegoro dalam menyusun dan melaksanakan program, sehingga dapat terwujud keselarasan dan sinergi antara rencana pembangunan yang menjadi prioritas Pemkab dan PPM EMCL.
Program Biogas juga telah mendapat apresiasi dari Corporate Forum For Community Development (CFCD) melalui Indonesia Sustainable Development Goals Award (ISDA) pada tahun 2019.
“Program Biogas mendapat penghargaan tertinggi dengan kategori platinum,” pungkasnya.(fin)