Nyaris Punah, Ketoprak Gunem Bonorejo Kembali Dihidupkan

Ketoprak Gunem Bonorejo, Desa Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Jatim.

Suarabanyuurip.com – Arifin Jauhari

Bojonegoro – Perkembangan zaman yang semakin modern nyaris punahkan kesenian tradisional Jawa. Kesenian ketoprak misalnya. Guna tetap lestari, kini kesenian “Ketoprak Gunem” dihidupkan lagi oleh masyarakat Desa Bonorejo, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.

Salah satu sesepuh Desa Bonorejo, Suparno menuturkan, konon dahulu kala di Desa Bonorejo terdapat banyak grup ketoprak. Kisah yang ia terima secara lisan disambung dari mulut ke mulut sampai menggenerasi menyebut grup ketoprak sudah ada sejak Desa Bonorejo masih bernama Desa Gunem.

“Desa Gunem ini dulunya ikut wilayah Kerajaan Demak Arya Jipang,” tutur Suparno kepada SuaraBanyuurip.com, Senin (15/08/2022).

Warga desa ring satu ladang minyak Banyu Urip, Blok Cepu ini mengaku, tidak mengetahui secara persis sejak kapan perubahan nama desa dari Gunem menjadi Bonorejo hingga sekarang. Tetapi, ia masih mengingat betul ada sekira empat grup ketoprak ada di Bonorejo sebelum para grup itu tak lagi terlihat manggung pada kurun 1990-an.

“Saya suka nonton ketoprak sejak kecil, dan apapun nama grupnya, masyarakat mengenalnya sebagai ‘Ketoprak Gunem’ yang berasal dari Bonorejo,” ujar pria yang juga menjadi perangkat desa setempat.

Saking tersohornya Ketoprak Gunem, pria berusia 56 tahun ini mengisahkan jika kesenian tersebut sering menjadi nazar bagi warga yang punya hajat tertentu. Kendati, akhirnya nama Ketoprak Gunem tak lagi terlihat di panggung pentas.

Pria yang menjabat sebagai Kaur Pemerintahan ini menyayangkan, kesenian yang pernah menjadi alat perjuangan melawan penjajah ini nyaris punah. Akibat para pelaku kesenian yang makin menua. Sebaliknya, penerus dari kalangan muda belum ada yang menggantikan.

“Seolah baru tersadar dari tidur panjang, bahwa ketoprak adalah identitas budaya Desa Bonorejo, para tokoh terutama para sesepuh kesenian di Bonorejo kemudian mengajak seluruh masyarakat menghidupkan lagi seni ketoprak,” ucapnya.

Terpisah, Kepala Dusun Bonorejo, Joko Susilo mengaku, sekira 30 warga Bonorejo antusias berlatih dalam persiapan debut Ketoprak Gunem setelah mati suri sekitar 32 tahun lamanya. Diawali latihan sekali seminggu sejak awal Juli 2022 lalu.

“Kebetulan saya ikut tampil, berperan sebagai Joko Kendil,” terangnya.

Dijelaskan, dalam lakon berjudul “Joko Kendil” itu seluruh pemain harus membawakan alur cerita sesuai pakem aslinya. Bahasa yang digunakan pun khas ketoprak Jawa, menggunakan dialek Jawa Mataraman.

Tak ada kendala dalam latihan bahasa maupun memainkan watak yang diperankan oleh masing-masing. Padahal kebanyakan adalah pemain baru, tentang usia remaja hingga lanjut usia. Hanya saja, pria yang akrab disapa Sus ini terkendala alat musik gamelan dan baju pentas yang semuanya sewa.

“Kalau penabuh gamelan banyak sekali yang bisa di Bonorejo. Tapi tidak punya alat musiknya. Asal punya gamelan pasti bunyi. Mudah-mudahan suatu saat bisa kesampaian punya gamelan sendiri,” jelasnya.

Sementara itu, lakon “Joko Kendil” sengaja dipilih karena mengandung pesan moral yang hendak disampaikan kepada penonton saat pementasan bertepatan menyambut Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke 77 besok.

Joko Kendil adalah legenda yang mengisahkan seorang anak berbentuk kendil atas kehendak Dewa. Namun akhirnya bisa berubah wujud menjadi pria tampan setelah ada perempuan yang tulus mencintai dan menerimanya.

“Jadi jangan mudah mencemooh seseorang hanya karena fisik yang tak sempurna. Intinya nguwongne wong, begitu maksud pesan yang disampaikan,” pungkasnya.(fin)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *