Suarabanyuurip.com – d suko nugroho
Bojonegoro – Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, merupakan daerah yang beruntung. Kabupaten yang dilintasi Sungai Bengawan Solo ini memiliki sumber daya alam migas melimpah. 30 persen produksi migas nasional sekarang ini berasal dari Kabupaten Bojonegoro.
Di Kabupaten Bojonegoro terdapat sejumlah lapangan migas yang sudah berproduksi maupun sedang dan akan dieksplorasi. Bahkan lapangan migas terbesar di Indonesia berada di Kabupaten Bojonegoro, dan sudah produksi.
Keberadaan sejumlah lapangan migas ini menjadikan Bojonegoro bisa sebagai kabupaten terkaya di Republik Indonesia. Dana bagi hasil (DBH) migas yang diterima sangat besar. APBD Bojonegoro tahun 2022 ini ditetapkan sebesar Rp7,3 triliun. Separonya berasal dari DBH Migas.
Perhitungan DBH minyak dan gas berbeda. Berdasarkan UU No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, pembagian DBH Minyak, 84,5% untuk Pemerintah Pusat dan 15,5% untuk Pemerintah Daerah. Dari jatah Pemerintah Daerah sebesar 15,5% tersebut dibagi dengan rincian, 3% dibagikan untuk provinsi letak mulut sumur, 6% Kabupaten/Kota penghasil, 6% untuk Kabupaten/Kota lainnya dalam provinsi letak mulut sumur dan sisanya sebesar 0,5% dialokasikan untuk menambah anggaran pendidikan dasar.
Pembagian DBH minyak ini lebih sedikit dibanding DBH Gas Bumi. Pembagiannya adalah 69,5% untuk Pemerintah Pusat dan 30,5% untuk Pemerintah Daerah. Pada Pasal 19 ayat 2 dan 3 UU itu, dari 30,5% jatah pemerintah daerah dibagi dengan rincian, 6% Kabupaten/Kota yang bersangkutan, 12% untuk Kabupaten/Kota penghasil (Bojonegoro), 12% dibagikan untuk Kabupaten/Kota lainnya dalam Provinsi yang bersangkutan dan sisanya sebesar 0,5% dialokasikan untuk menambah anggaran pendidikan dasar.
Artinya, DBH Migas yang diterima Kabupaten Bojonegoro bakal melesat, karena sekarang ini Lapangan Unitisasi Gas Jambaran – Tiung Biru (JTB) telah produksi.
Berikut Lapangan Migas di Kabupaten Bojonegoro yang sudah produksi :
1. Lapangan Minyak Banyu Urip, Blok Cepu
Lapangan minyak Banyu Urip, Blok.Cepu, dikelola ExxonMobil Cepu Limited (EMCL). Lapangan ini berada di wilayah Kecamatan Gayam.
Selain Banyu Urip, terdapat Lapangan Kedung Keris (KDK) yang menjadi bagian dari Blok Cepu. Lokasinya berada di Desa Sukoharjo, Kecamatan Kalitidu.
Kedua lapangan tersebut telah berproduksi. Total produksi minyak Blok Cepu sekarang ini mencapai 220 ribu barel per hari (Bph), merupakan terbesar di tanah air. Menyalip produksi Blok Rokan.
Produksi Blok Cepu di atas rencana pengembangan (Plan of Developmen/PoD) yang disetuji awal yakni sebesar 165 ribu bph.
Cadangan minyak Blok Cepu terus meningkat, bahkan hampir dua kali lipat sejak pertama diumumkan. Pertama kali, ExxonMobil menemukan cadangan minyak Lapangan Banyu Urip sebesar 450 juta barel. Kemudian, pada awal bulan Desember 2018, cadangan Blok Cepu diumumkan meningkat setelah EMCL melakukan pembaruan data seismik reprocessing guna meningkatkan gambaran di bawah permukaan tanah. Cadangan Lapangan Banyu Urip mengalami penambahan dari 729 juta barel menjadi 823 juta barel.
2. Lapangan Gas Jambaran – Tiung Biru (JTB)
Selain minyak, Bojonegoro juga menjadi kabupaten penghasil gas. Di kabupaten ini terdapat lapangan gas Jambaran-Tiung Biru (JTB). JTB merupakan salah satu lapangan gas terbesar di Indonesia. Lapangan gas ini berada di Desa Bandungrejo, Kecamatan Ngasem. Lokasinya tidak jauh dari Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu.
Lapangan gas JTB dioperatori oleh Pertamina Eksplorasi dan Produksi Cepu (PEPC) Zona 12 Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina. Puncak produksi JTB ditarget bisa mencapai 192 Juta Standar Kaki Kubik per Hari/Million Standard Cubic Feet per Day (mmscfd) pada Desember 2022.
Ada enam sumur gas di Lapangan JTB. Tiap sumur mampu menghasilkan gas sebesar 60 juta standar kaki kubik per hari atau 60 MMSCFD (Million Standard Cubic Feet per Day). Produksi gas JTB sekarang ini baru mencapai di kisaran 50 mmscfd, setelah beberapa waktu dilakukan pengaliran gas perdana (gas onstream).
Dari produksi 192 MMSCFD, sekira 170 MMSCFD gas bumi JTB telah terjual kepada PGN dan PLN. Sementara sisanya 20 MMSCFD akan dibeli Petro Kimia Gresik, namun masih menunggu persetujuan final dari Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral).
3. Lapangan Minyak Sukowati, Blok Tuban
Lapangan minyak Sukowati, Blok Tuban, dikelola oleh Pertamina EP Asset 4 Sukowati. Tapak sumur minyak Sukowati berada di dua desa di dua kecamatan. Yakni well pad (tapak sumur) A berada di Desa Campurrejo, Kecamatan Bojonegoro, dan tapak sumur Sukowati B berada di Desa Ngampel, Kecamatan Kapas.
Lokasi lapangan migas berada tidak jauh dari pusat kota Bojonegoro. Tepatnya di sebelah timur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sosodoro Djatikoesoemo.
Produksi minyak Sukowati per September 2022 lalu, sebanyak 4.771 BOPD. Produksi tersebut berasal dari 22 sumur aktif dari sumur yang berada di Pad A dan Pad B.
4. Lapangan Minyak Tradisional
Selain memiliki lapangan migas yang dikelola secara modern, di Kabupaten Bojonegoro juga terdapat lapangan minyak yang ditambang secara tradisional. Lapangan minyak tersebut adalah Lapangan Wonocolo yang berada di sejumlah desa di Kecamatan Kedewan.
Penambangan minyak peninggalan kolonial Belanda ini masuk dalam Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Pertamina EP Aseet 4 Cepu. Pengusahaan sumur minyak tua dilakukan oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Bojonegoro, PT Bojonegoro Bangun Sarana (BBS). Sementara BBS menggandeng kelompok penambang untuk menampung minyak mentah sebelum disetorkan ke Pertamina.
Produksi minyak mentah dari sumur tradisional pada kuartal 1 tahun 2022 lalu sebesar 200 bopd. Produksi tersebut barasal dari 137 sumur tradisional Lapangan Wonocolo. PT BBS menargetkan produksi minyak mentah di 2022 ini sebesar 400 BOPD.
Sumur Migas di Kabupaten Bojonegoro yang sedang dan akan diekplorasi :
1. Lapangan Migas Kolibri
Lapangan Migas Kolibri berada di Desa Bondol, Kecamatan Ngambon, Kabupaten Bojonegoro. Lapangan ini dikelola Pertamina EP Zona 11.
Tajak sumur migas Kolibri atau KOL-001 dimulai sejak 3 Juli 2022 dan berhasil menemukan hidrokarbon berupa gas dan kondensat pada uji kandung lapisan (DST #1). Saat ini Regional Indonesia Timur masih melakukan pemantauan aliran gas dan kondensat dari sumur eksplorasi tersebut.
Untuk sumur Kolibri sementara ditemukan kurang lebih produksinya 12 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD). Untuk bisa mencapai 20 MMCFD, maka dibutuhkan sekira 10 sumur yang harus di bor.
2. Pengembangan Migas Pad C Sukowati
Sumur migas Pad C Sukowati berada di Dusun Karang, Desa Banjarsari, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Bojonegoro. Sumur ini menjadi satu bagian dari Lapangan Migas Sukowati, Blok Tuban, yang dikelola oleh Pertamina EP Asset 4 Sukowati Field.
Pengembangan migas Pad C Sukowati atau disebut PAD I005 sampai saat ini masih tahap penyiapan lahan dan studi tanah untuk pembangunan tapak sumur.
Rencana eksplorasi tapak sumur C Sukowati mulai dibahas era pemerintahan Bupati dan Wakil Bupati, Suyoto dan Setyo Hartono. Ada sekitar 4,7 hektar (Ha) lahan milik 21 warga yang akan dibebaskan untuk pembangunan tapak sumur.
Pad C Sukowati akan menyedot minyak di bawah Alun-alun dan Pendapa Pemerintah Kabupaten Bojonegoro. Teknisnya dengan cara melakukan pengeboran miring dari Dusun Karang, Desa Banjarsari, sejauh sekitar 1,5 kilometer.
Pipa akan ditanam di bawah Sungai Bengawan Solo dengan kedalaman sekitar 30 meter. Pengeboran pipa berada di kedalaman sekitar 10.000 MD atau bawah tanah.
Berdasarkan studi awal yang pernah dilakukan, sumur Pad C Sukowati berdasarkan studi awal bisa berproduksi 4 ribu hingga 5 ribu barel per hari (bph) dari sembilan sumur. Dengan usia produksi 7 sampai 8 tahun.
3. Lapangan Alas Tua Timur- Barat dan Cendana
Lapangan Alas Tua Barat dan Timur masuk dalam wilayah kerja (WK) Blok Cepu yang dikelola ExxonMobil Cepu Limited (EMCL). Lapangan Alas Tua Barat berada di Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, sedangkan Alas Tua Timur berada di Desa Ngunut, Kecamatan Dander.
Kedua lapangan migas tersebut pernah dilakukan pengeboran (eksplorasi) pada medio 2010 dab 2013. Namun setelah itu kegiatan tidak dilanjutkan sampai sekarang. Saat itu alasannya fokus pada pengembangan Lapangan minyak Banyu Urip di wilayah Kecamatan Gayam.
Namun, belum lama ini, Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto menyampaikan, ExxonMobil akan mengembangkan sejumlah lapangan migas di antaranya Lapangan Alas Tua Timur dan Barat, serta Lapangan Cendana di Desa Cendono, Kecamatan Padangan. Ketiga lapangan memiliki kandungan sumber gas.
“Saat ini kita sedang diskusi mengenai rencana investasi-investasi mereka ke depan,” ucap Dwi seraya menegaskan tidak ada isu terkait akan hengkangnya ExxonMobil dari Blok Cepu seperti dikutip dari kanal Economic Update di CNBC Indonesia.
Kepala Unit Percepatan Proyek Jambaran Tiung Biru SKK Migas, Waras Budi Santosa menyampaikan, jika lapangan-lapangan tersebut dieksplorasi dan eksploitasi bisa menjadikan Bojonegoro sebagai kabupaten terkaya di Indonesia karena dari dana bagi hasil maupun dari kegiatan hulu migas berkontribusi sangat signifikan.
Menurut Waras, kedepannya JTB berpotensi menjadi sentra (hub) untuk pengembangan lapangan-lapangan gas lain seperti Lapangan Alas Tua Timur, Barat dan Lapanga Cendana.
“Bisa saja tidak perlu dibuat plant sebesar JTB. Jadi tinggal bangun pipa tarikin ke sini,” kata Waras saat melakukan kunjungan ke Lapangan JTB.(suko)