Suarabanyuurip.com – Joko Kuncoro
Bojonegoro – Komunitas Film Rabu Menonton kembali menggelar nonton bareng (nobar) di Kedai Mbah Yi Kota Bojonegoro, Jawa Timur. Ada empat list film yang ditonton diantaranya Nahkoda: Berlayar Tak Ada Habisnya, Nilai Luhur Ajaran Samin, YK48, dan Ani dan Waktu yang Mundur. Flm-film ini tentu memiliki cerita masing-masing dan sangat menarik ditonton.
Direktur Program Rabu Menonton Tedjo mengatakan, pemutaran yang diinisiasi oleh Komunitas Film Rabu Menonton ini bertajuk Pehagengsi: Tur Dalam Negeri di Regularia ke 7, berkolaborasi dengan Akart Creative dengan program Show Me.
“Bentuk kolaborasi ini juga mewadahi pegiat musik di Bojonegoro. Pegiat musik diisi oleh Adam Wiguna seorang soloist menyuguhkan lagu belum dirilis dan juga seorang rapper bernama Imam Padholi,” katanya, Kamis (9/2/2033).
Pegiat musik Bojonegoro dilibatkan dalam pembuatan film.
© 2023 suarabanyuurip.com/Joko Kuncoro
Dia mengatakan, pemutaran film pun juga menampilkan 2 film sutradara asal Bojonegoro dan 2 film yang berasal dari Yogyakarta. Wahyu Budiyanto asal Bojonegoro menampilkan film ‘Nilai Luhur Ajaran Samin Bojonegoro’ karyanya tahun 2022.
“Karyanya juga baru saja masuk dalam 10 kategori film terbaik Anti Corruption Film Festival yang diselenggarakan di Jakarta oleh KPK,” katanya.
Film tersebut, menyuarakan mengenai kejujuran dan bagaimana masyarakat Samin untuk menghadapi setiap permasalahan dengan setiap individu. Kedekatan antara Wahyu dengan film yang baru saja diproduksinya juga sangat erat kaitannya dengan profesinya sebagai fotografer.
Untuk film kedua yang diproduksi oleh Alfian C. Guritno dengan judul ‘Nahkoda: Berlayar Tak Ada Habisnya’ membicarakan mengenai kesejahteraan pelatih U-21 Arema. Misalnya, lanjut dia, bagaimana hidupnya masih belum bisa tergantung oleh satu profesi saja dan lika-liku yang dihadapi oleh pelatih tersebut.
“Acara ini dihadiri oleh lebih dari 30 orang dengan lintas generasi mulai dari anak anak hingga dewasa, dan sangat antusias untuk mengikuti sesi acara yang disuguhkan,” katanya.
Dia menambahkan, program dari Pehagengsi: Tur Dalam Negeri merupakan program tur film yang telah disediakan oleh Pehagengsi dari 1 kota ke kota yang lain. Melihat potensi ini Pehagengsi ingin mengurai soal antara modal sosial dan kapital guna keberlanjutan aktifitas sinema dari yang paling dasar, komunitas.
“Pemutaran ini menggunakan metode saweran (donasi sukarela) untuk kemudian dibagi antara Pehagengsi, Penyelenggara dan pemutar selanjutnya,” katanya.(jk)