Potensi Produksi Gas di Jatim Mengalami Lompatan Besar

Kepala SKK Migas Perwakilan Jabanusa, Nurwahidi, saat membuka Lokakarya Media Periode II SKK Migas-KKKS Jabanusa di Tawangmangu, Rabu (05/07).

Suarabanyuurip.com – Arifin Jauhari

Tawangmangu – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyebutkan, bahwa potensi produksi gas di Jawa Timur (Jatim) mengalami lompatan yang cukup besar. Kondisi ini mengakibatkan sebagian produksi gas belum dapat terserap.

“Saat ini produksi migas di wilayah Jatim terus mengalami kenaikan. Ini merupakan berkah, karena potensi produksi gas kita mengalami lompatan yang cukup besar,” kata Kepala Perwakilan SKK Migas wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara (Jabanusa), Nurwahidi.

Menariknya, kata Nurwahidi, kondisi ini terjadi setelah tiga tahun sebelumnya Jatim mengalami kekurangan gas. Permintaan gas melebihi produksi, yang mana saat itu yaitu hanya 452 MMSCFD gas yang bisa tersalurkan.

Hal itu berbanding terbalik dengan sekarang, di mana potensi produksinya mencapai 747 MMSCFD. Sementara serapan gas lebih rendah, yaitu 564 MMSCFD, atau ada sekira 25 persen gas belum terserap.

Dia menjelaskan, terjadinya lompatan produksi gas disebabkan oleh adanya tembahan produksi di beberapa ladang gas. Antara lain di Jambaran-Tiung Biru (JTB) berpotensi memproduksi gas sekira 192 MMSCFD, lalu Husky CNOOC Madura Limited (HCML) Sampang memproduksi 100 MMSCFD. Ditambah, pada bulan Juni ini ada produksi gas oleh Husky dari lapangan MAC Sumenep sekira 50 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD) atau Juta Standar Kaki Kubik per Hari (gas).

Baca Juga :   KPU Tuban Akan Libatkan 400 Pelipat Suara

“Jadi ada penambahan produksi gas sebesar 350 MMSCFD yang kita dapat sejak tahun lalu (2022),” jelasnya saat membuka Lokakarya Media Periode II SKK Migas-KKKS Jabanusa di Tawangmangu, Rabu (05/07/2023) kemarin.

Pria yang akrab disapa Pak Nur ini menambahkan, produksi gas sebagian besar masih diserap oleh PLN (Perusahaan Listrik Negara) dan PKG (Petrokimia Gresik), serta Subholding Gas Pertamina atau PGN.

Serapan gas oleh pembeli utama, yakni PKG dan PLN tersebut bisa langsung digunakan. Sebagai penggerak turbin untuk listrik PLN dan produksi pupuk untuk PKG. Tetapi untuk PGN tidak bisa langsung menggunakan, melainkan untuk dijual ke industri yang membutuhkan.

“Kami berharap, industri bisa mengambil 25 persen potensi gas yang belum terserap,” ucapnya.(fin)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *