Kirab “Gunung Kembar Pametu Bumi” Menuju Petilasan Syekh Siti Jenar

Sedekah Bumi Lemahbang.
SEDEKAH BUMI : Masyarakat Dusun Lemahbang, Desa Margomulyo, Kecamatan Balen, saat kirab gunungan menuju petilasan Syekh Siti Jenar.

Legenda kultur desa di daerah penghasil minyak dan gas bumi (Migas) sebutan lain Bojonegoro yang merupakan warisan nenek moyang hingga kini masih dipertahankan warga untuk selalu di uri-uri agar tak punah ditelan perkembangan zaman.

TAK terasa sinar matahari serasa menggores kulit. Sederet awan tak mampu menghalangi panasnya terik siang itu, bagai simbol sang surya tepat di atas ubun-ubun.

Angin semilir menggoyang pepohonan seakan ikut andil meredam terik di musim kemarau ini. Pun mampu menambah keindahan alam sekitar Desa Margomulyo, Kecamatan Balen, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.

Tampak ribuan warga masyarakat Dusun Lemahbang, Desa Margomulyo, tumpah ruah memadati jalan poros desa. Mereka sedang menggelar sedekah bumi mengarak gunungan hasil bumi menuju petilasan Syekh Siti Jenar, Jumat (08/09/2023).

Petilasan yang ada di tengah persawahan di Dusun Lemahbang dan ditandai dengan bangunan pendopo kecil berukuran 4×6 meter itu didalamnya terdapat lantai tanah diyakini warga masyarakat setempat pernah digunakan Syekh Siti Jenar bertapa atau ritual di zaman wali songo.

Mohammad Imam Junaedi.
Ketua Panitia, Mohammad Imam Junaedi saat memimpin acara sedekah bumi.

Ribuan warga menuju ke petilasan dengan melakukan arak-arakan membawa “Gunung Kembar Pametu Bumi” yaitu hasil bumi yang disusun sedemikian rupa. Gunungan ini dikirab dengan diiringi gamelan, sambil diikuti tarian oleh masyarakat yang menyertai. Terik matahari seolah tak dirasa tertutup rasa bahagia yang terpancar dari senyum di wajah mereka.

Kirab gunungan ini disebut kembar kembar, karena ada dua gunungan Pametu Bumi yang dibuat sebagai bagian dari rangkaian prosesi sedekah bumi. Gunungan itu disusun dari bermacam hasil bumi seperti padi, jagung, terong, tomat, dan berbagai pertanian lainnya.

“Sepanjang umur saya, baru pertama kali ini saya melihat sedekah bumi dilaksanakan dengan kirab gunungan kembar semeriah ini, dan masyarakat menyambutnya antusias. Semoga tahun depan bisa lebih bagus lagi dari tahun ini,” ujar Sri Wahyuni, salah satu warga Dusun Lemahbang.

Penanggung jawab kegiatan, Mohammad Imam Junaidi, mengatakan, perhelatan budaya ini terwujud sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur yang menjadi sebab asal muasal sejarah nama Dusun Lemahbang.

Kyai Nur Hasyim.
Kyai Nur Hasyim, saat memberikan ceramah singkat sebelum warga berebut gunungan dan berbagi makanan.

Serta sebagai bentuk rasa syukur atas segala nikmat yang telah diterima dari Tuhan Yang Maha Esa. Sesuai dengan namanya, kegiatan ini juga menjadi sarana masyarakat setempat bersedekah terhadap hasil bumi yang telah mereka dapatkan selama satu tahun.

Selain itu, lanjut Imam, tradisi ini adalah agenda tahunan masyarakat Lemahbang yang jatuh pada hari Jumat Pahing di bulan ke sembilan. Penyelenggaraannya secara swadaya dan swadana dari masyarakat sendiri.

“Tahun ini adalah benar benar ‘The Power of Emak emak’, semua ini adalah inisiasi dari ibu ibu yang bersemangat mendesak kami untuk menyelenggarakan sedekah bumi,” jelasnya kepada SuaraBanyuurip.com disela-sela kegiatan.

“Mudah-mudahan tahun depan bisa diselenggarakan lebih meriah lagi, selain itu semoga apa yang telah warga lakukan hari ini mampu membentuk jiwa generasi muda Lemahbang peduli dengan tradisi desanya,” lanjut Imam.

peserta sedekah bumi.
Iring-iringan peserta sedekah bumi menuju petilasan Syeh Siti Jenar.

Ucapan terima kasih pun disampaikan Juru kunci petilasan Syekh Siti Jenar, Munip Efendi, kepada semua warga yang hadir dan semua pihak atas terlaksananya kegiatan ini.

“Semoga Tuhan memberkati kita semua, dan menambah nikmat kita di tahun mendatang,” harapnya.

Sementara Kyai Nur Hasyim didaulat untuk memberikan ceramah singkat dan memimpin tahlil. Setelahnya, barulah warga mulai melakukan ritual “Rencak Gunungan” dan “Rencak Ambeng” dimana warga berebut hasil panen yang diletakkan di Gunungan serta berbagi makanan (Ambeng) sambil berharap mendapatkan berkah dari makanan yang telah didoakan dari pemuka agama.(Arifin Jauhari)

»Follow Suarabanyuurip.com di
» Google News SUARA BANYUURIP
» dan Saluran WhatsApp Channel SuaraBanyuurip.com


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *