Dalam setiap tahunnya di musim kemarau bencana kekeringan air bersih masih menjadikan momok bagi warga masyarakat di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
TAMPARAN terik matahari siang itu kian memanah setiap sudut di wilayah Kecamatan Ngraho, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Walau telah menjadi agenda tahunan, namun pergantian musim kali ini tetap berbeda. Panas matahari terasa bak kobaran api. Seakan meranggaskan pepohonan di sana.
Bumi tuk berpijak pun kian membawa hingga melahirkan hamparan ladang pertanian tadah hujan retak di sana-sini. Dedaunan yang di musim penghujan terlihat ijo royo-royo, kini mulai menguning. Sejak awal bulan Agustus 2023 lalu panas makin digdaya.
Sebagian warga masyarakat di Kecamatan Ngraho, salah satunya warga yang tinggal di Dusun Tukbuntung, Desa Nganti, tak menangisi datangnya kemarau. Namun, kini meratapi telah mengeringnya sumur air yang selama ini mengasup kebutuhan sehari-hari mereka.
Kini mereka hanya bisa menunggu uluran tangan pemerintah dan para simpatisan yang peduli bencana memberikan bantuan air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Seperti memasak, mandi, mencuci, dan tentunya juga minum hewan piaraan.
Tak hanya orang dewasa yang senang ketika ada bantuan air datang. Anak-anak pun terlihat gembira hingga mandi sepuasnya dari selang air tanki kendaraan bersama teman sebayanya.
“Sejak awal bulan Agustus sumber sumur sudah mengering, Pak. Jika ada, itu sedikit sekali, dan airnya pun sudah keruh. Jadi ya kesulitan untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari,” kata Matyani, warga Tukbuntung, kepada SuaraBanyuurip.com ketika ditemui saat mengambil air bantuan di tandon samping rumahnya.
Segendang seirama diceritakan Ngatinah. Sambil menggendong air dengan “klenting” atau gentong kecil, wanita paruh baya ini mengungkapkan, jika musim kemarau tahun ini dampaknya cukup terasa dibanding tahun lalu.
“Setahun lalu sumber air sumur masih lancar meski kadang telat. Tapi untuk tahun ini sumber kering total. Jadi kalau tidak ada bantuan air bersih ya repot warga Tukbuntung,” ujar warga RT 36, RW 12 ini.
Di bawah sengatan terik matahari, wanita bercaping buyuk ini tampak tangannya cekatan mengambil air bantuan di tandon yang disediakan kedalam klenting bersama warga lainnya.
“Sudah biasa terkena panasnya terik matahari. Lagi pula, ada air bantuan jika takut panas ya tidak dapat air,” terangnya.
Ia berharap pemerintah melalui dinas terkait dapat mencarikan solusi agar kekeringan air bersih ini tidak terjadi lagi dalam setiap tahunnya di musim kemarau. Selain itu agar bantuan air terus mengalir selama kekeringan ini masih berlangsung.
Pun sebaliknya warga juga perlu menghemat penggunaan air. Sebab, hanya dengan cara itu warga bisa bertahan untuk mencukupi kebutuhan air bersih dalam setiap harinya.
“Alhamdulillah bantuan air bersih, baik dari pemerintah maupun simpatisan peduli bencana terus saja ada. Semoga saja segera turun hujan sehingga sumber air kembali seperti sediakala,” tandasnya.(Sami’an Sasongko)